"Membersihkan sampah gaperlu kompetensi.
Tangan anda gapernah kotor, tangan saya suka kotor," ujar Kang Dedi.
"Saya juga suka bebersih pak," debat mahasiswa itu.
Mahasiswa itu mengaku berkuliah di STAI Muttaqien dan mewakili lembaga kajian bantuan hukum.
Kang Dedi kemudian meminta mahasiswa itu tak hanya pintar berteori dan omong besar.
Baca juga: Pengalaman Berbicara, Terungkap Alasan Dedi Mulyadi Selalu Belikan Sikat Gigi Saat Bantu Orang
Pasalnya, kata Kang Dedi, kalau dia memang cinta kebersihan, maka tak seharusnya wilayah tempat tinggal sang mahasiswa itu dibiarkan kotor.
"Kenapa anda mahasiswa ga ada kepekaan tiap hari warga buang sampah ke situ dan anda membiarkan.
Jangan-jangan Anda ikut buang," lanjut Kang Dedi.
"Mana ada saya buang, saya tiap hari di sini (di sekred mahasiswa)," jawab mahasiswa itu dengan nada tak suka.
Kang Dedi yang kembali geram dengan jawaban sang mahasiswa yang berputar-putar langsung memotong ucapan mahasiswa yang kembali mengatakan artinya.
"Jangan banyak artinya. Rumah Anda dimana?," tanya Kang Dedi.
"Rumah saya di Gang Sekolah tapi tinggal di sini," jawab mahasiswa itu dengan nada sedikit gelagapan.
Disebut Ngomong Ketinggian
Kang Dedi kemudian menanyakan apakah mahasiswa itu tak malu bila di lingkungannya itu banyak sampah.
"Harusnya malu Anda sebagai warga Plered.