Harga Daging Sapi Mahal, Omzet Pedagang Nasi Padang Anjlok 50 Persen: Rendang Diusahakan Tetap Ada

Penulis: Bima Putra
Editor: Wahyu Septiana
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tampak Rumah Makan Padang Mitra Mandiri milik Helmawati (48) di Jalan Cipinang Cempedak IV, Jatinegara, Jakarta Timur, Sabtu (26/2/2022).

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra

TRIBUNJAKARTA.COM, JATINEGARA - Kenaikan harga daging sapi dari Rp 120 ribu per kilogram menjadi Rp 140 ribu yang terjadi dalam waktu kurang dari satu bulan membuat omzet pengusaha rumah makan padang anjlok.

Helmawati (48), pemi­lik rumah makan pada­ng Mitra Mandiri di Kelurahan Cipinang Cempedak, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur mengatakan omzet usahanya kini turun 50 persen.

"Omzet turun separuh ada lah. Makannya mengurangi belanja daging sapi juga, biasa setiap hari 5 kilogram sekarang engga pernah," kata Helmawati di Jakarta Timur, Sabtu (26/2/2022).

Penurunan omzet tersebut karena dia harus mengeluarkan modal lebih banyak untuk membeli daging sapi yang merupakan bahan dasar untuk membuat sajian rendang.

Dia terpaksa menyisihkan keuntungan untuk modal membeli daging sapi karena rendang merupakan jati diri rumah makan Padang dan merupakan satu menu makanan favorit pembeli.

Baca juga: Penjual Nasi Padang Bingung Sajikan Rendang Bila Pedagang Daging Sapi Mogok

"Semenjak harga daging naik sekarang paling belanja daging 2-2,5 kilogram per hari. Sudah enggak bisa banyak seperti dulu. Karena kalau untuk naikkin harga jual juga susah," ujarnya.

Helmawati menuturkan tidak menaikkan harga atau memperkecil potongan rendang karena takut ditinggal pembeli dan daya beli warga yang belum pulih dari dampak pandemi Covid-19.

Tengku Biismi (51), pemilik Rumah Makan Padang Mitra Mandiri saat melayani pembeli di Jatinegara, Jakarta Timur, Sabtu (26/2/2022). (TRIBUNJAKARTA.COM/BIMA PUTRA)

Sementara menanggapi rencana aksi mogok penjual daging sapi pada Senin (28/2/2022) hingga Jumat (4/3/2022), dia mengaku keberatan karena membuat rendang hilang dari daftar menu.

"Kalau sekarang dengan daging sapi Rp140 ribu kita sih masih bisa dikurangin (dikasih diskon) sama pedagang. Takutnya kalau sudah mogok berarti naik lagi dong harganya," tuturnya.

Rendang menghilang dari RM Padang?

Baca juga: Mogok Belum Mulai, Pedagang Daging Sapi di Pasar Kramat Jati Sudah Berhenti Jualan, Apa Penyebabnya?

Rencana pedagang daging sapi melakukan mogok dagang pada Senin (28/2/2022) hingga Jumat (4/3/2022) membuat pengusaha rumah makan padang cemas.

Helmawati (48), pemilik rumah makan padang Mitra Mandiri di Kelurahan Cipinang Cempedak, Jatinegara, Jakarta Timur mengaku khawatir selama aksi mogok pelanggan bakal berkurang.

Pasalnya daging sapi merupakan bahan dasar untuk membuat masakan rendang.

Sajian yang digemari banyak warga dan menjadi ciri khas dari setiap usaha rumah makan padang.

"Makannya itu enggak kebayang, orang kan nanya rendang kok enggak ada? pergi deh enggak jadi beli," kata Helmawati di Jatinegara, Jakarta Timur, Sabtu (26/2/2022).

Baca juga: Penjual Nasi Padang Bingung Sajikan Rendang Bila Pedagang Daging Sapi Mogok

Selain sebagai lauk, bumbu pada sajian rendang pun turut jadi ciri khas karena selalu ada pada setiap pesanan tanpa mengenal lauk bila bersantap di rumah makan padang.

Karenanya di saat harga daging sapi mencapai Rp 140 ribu per kilogram pengusaha rumah makan padang sepertinya tetap rela merogoh kantong lebih dalam untuk belanja daging.

Helmawati (48), pemilik Rumah Makan Padang Mitra Mandiri saat memberi keterangan di Jatinegara, Jakarta Timur, Sabtu (26/2/2022). (TRIBUNJAKARTA.COM/BIMA PUTRA)

"Rendang itu kan ciri khasnya, kalau enggak ada rendang. Orang akan bilang lah kok ini warung makan Padang atau bukan? Berharap biar harga cepat turun, jadi enggak ada mogok," ujarnya.

Tengku Biismi (51), suami Helmawati yang ikut mengelola Rumah Makan Padang Mitra Mandiri menuturkan khawatir bila harga daging sapi tidak kunjung turun maka menurunkan daya beli warga.

Terlebih kenaikan harga daging sapi terjadi dalam waktu singkat, dari yang sebelumnya berkisar Rp 120 ribu per kilogram melonjak jadi Rp 140 kilogram hanya dalam waktu kurang dari satu bulan.

"Kalau sekarang saja harganya segini apalagi bulan Puasa nanti, bisa lebih mahal dari sekarang. Sekarang kita keluar modal untuk beli daging sapi juga lebih mahal," tutur Tengku.

Baca juga: Bagikan Paket Rendang, Polisi Minta Warga Tidak Berkerumun Nyate Daging Kurban

Pedagang Daging Berencana Mogok

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal DPP Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Sekjen DPP IKAPPI), Reynaldi Sarijowan  imbau tak semua pedagang daging lakukan mogok berjualan.

Alasannya, lantaran masih ada pihak ketiga seperti pedagang bakso yang menggunakan daging sebagai bahan baku utama.

Bila mereka tak berjualan, kata Reynaldi, maka pihak ketiga ini bakal merasa dirugikan.

"Memang kami mendapati sejumlah laporan berupa pedagang daging akan merencanakan mogok makan namun kami menilai sesungguhnya ini hal yang harus diperhatikan."

"Karena ada pihak ke-3 pihak ke-3 nya yang sangat dirugikan karena kaya penjual bakso, warek dan sebaginya yang memang memproduksi atau menjual daging tentu akan mengalami rugi," katanya kepada awak media, Jumat (25/2/2022).

Baca juga: Mogok Belum Mulai, Pedagang Daging Sapi di Pasar Kramat Jati Sudah Berhenti Jualan, Apa Penyebabnya?

Ia pun mengkhawatirkan aksi mogok ini bakal berdampak  pada skala yang lebih besar.

Apalagi, aksi mogok berjualan ini direncanakan bakal berlangsung selama lima hari, mulai Senin (28/2/2021) sampai Jumat (4/3/2022)

"Ketika beberapa pedagang mengalami mogok dagang daging untuk itu kami mengimbau kepada seluruh pedagang daging."

"Kalau memang mau mogok aksi dagang daging tentu beberapa pedagang saja jangan semua," lanjutnya.

Oleh sebab itu, pihaknya bakal melakukan komunikasi dengan pemerintah untuk segera melakukan intervensi.menyoal melambungnya harga daging.

Baca juga: Pedagang Daging Sapi di Pasar Kramat Jati Bakal Ikut Mogok Jualan 5 Hari, Ini Penyebabnya

"Dengan cara apa? dengan cara memastikan stok daging yang ada, karena konsumsi daging dalam negri kita cukup tinggi, untuk itu seharusnya permintaan yang saat ini tidak terlalu tinggi seharusnya dapat mampu ditekan."

"Kecuali nanti menjelang hari raya lebaran idul fitri tentu permintaan akan tinggi dan harga akan melonjak maka jauh sebelum itu pemerintah harus melakukan intervensi," tandasnya

Berita Terkini