Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Dionisius Arya Bima Suci
TRIBUNJAKARTA.COM, GAMBIR - Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PAN Zita Anjani membela Gubernur Anies Baswedan terkait bengkaknya anggaran pembuatan sirkuit Formula E dari Rp50 miliar menjadi Rp60 miliar.
Putri Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan ini pun membandingkan lintasan Formula E itu dengan dengan Sirkuit MotoGP di Mandalika, NTB.
Menurutnya, anggaran yang digelontorkan untuk membuat trek balap yang berada di kawasan Ancol, Jakarta Utara ini jauh lebih hemat.
"Dibandingkan pembangunan sirkuit lain, contohnya Sirkuit Mandalika dengan panjang 4,31 kilometer menelan anggaran Rp950 miliar," ucapnya dalam keterangan tertulis, Sabtu (12/3/2022).
"Formula E yang panjangnya 2,4 kilometer hanya Rp60 miliar, tentu ini lebih hemat," tambahnya menjelaskan.
Baca juga: Sirkuit Formula E Gunakan Material Bambu Jadi Sorotan, Wagub Ariza: Justru Itu yang Memperkuat
Apalagi, pembuatan sirkuit Formula E ini tidak menggunakan uang negara atau APBD.
Sirkuit yang disebut-sebut mirip kuda lumping itu dibuat dengan menggunakan anggaran perusahaan dari PT Jakarta Propertindo (Jakpro).
"Yang terpenting itu, anggarannya bukan dari penyertaan modal APBD, melainkan RKA Jakpro," ujarnya.
Politisi muda PAN ini optimis pembangunan sirkuit Formula E di Ancol ini bisa selesai tepat waktu.
Ia pun mengaku tak sabar menyaksikan secara langsung balap mobil listrik Formula E pada Juni mendatang.
Baca juga: Politikus PDIP Buka-bukaan: Sebut Anggaran Sirkuit Formula E Bukan Rp60 M Tapi Rp75 M
"Saya pribadi, tidak sabar duduk dibangku penonton menyaksikan pak gubernur meresmikan ajang balap internasional ini," kata Zita.
Diberitakan sebelumnya, anggaran pembuatan lintasan balap atau sirkuit Formula E membengkak Rp 10 miliar.
Awalnya, nilai tender pembuatan trek yang berada di kawasan Ancol, Jakarta Utara ini mencapai Rp50 miliar.
Namun, kemudian anggaran tersebut mendadak membengkak jadi Rp 60 miliar.
Hal ini diungkapkan Penanggung jawab proyek sirkuit Formula E dari PT Jaya Konstruksi Ari Wibowo saat ditemui di kawasan Ancol.
"Kalau di tahap ini Rp60 miliar ya. Tapi saya tidak boleh masuk keseluruhan anggaran penyelenggaraan event, untuk sirkuit Rp60 miliar," ucapnya, Minggu (7/3/2022).
Ia menyebut, pembengkakan terjadi lantaran adanya pekerjaan tambahan untuk pengerasan tanah.
Sebab, beberapa sudut trek dulunya merupakan lahan bekas pembuangan lumpur.
"Ada pekerjaan yang bisa dilihat, di seen dan ada yang unseen. Misalnya di dalam tanah ini ada tanah lunak berapa meter, lunaknya seperti apa, itu kan unseen," ujarnya.
Pengerjaan konstruksi di tanah lunak ini pun disebutnya menjadi prioritas untuk memastikan lintasan balap kokoh dan tetap memenuhi standar.
"Untuk melakukan penyelidikan atas sesuatu yang unseen itu, waktunya tidak sebentar. Mungkin bisa 6 bulan untuk melakukan penyelidikan," kata dia.
Baca juga: Anggaran Sirkuit Formula E Bengkak Rp10 M, PSI Cium Kejanggalan Tender
"Jadi yg unseen itu akhirnya menjadi prioritas, diperkirakan. Ternyata yang unseen yang enggak terlihat itu lebih berat," tuturnya.
Gunakan Material Bambu
PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama gunakan material bambu sebagai lapisan bawah tanah yang berlumpur atau lunak.
Material bambu dipilih lantaran tahan terhadap air, sehingga dapat menahan beban konstruksi.
"Jadi ini ada hitungannya, kalau dari sisi engineering ada hitungannya dia akan turun berapa lama, semua ada itunganya dan kita hitung. Bambu itu tahan terhadap air dan dia bisa dipecah bisa jadi rata bisa diratakan," ucap Penanggung Jawab Pembangunan Sirkuit Formula E, PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama, Ari Wibowo di Ancol, Rabu (23/2/2022).
Selain itu, penggunaan material bambu diakui pihaknya yang paling sesuai bila mengingat masa waktu pengerjaan sirkuit Formula E yang dijadwalkan hanya 54 hari.
Yakni dimulai pada 3 Februari 2022 dan rampung pada 28 Maret 2022.
"Gini, ini kita masalah waktu, kalau kita membuat yang pabrikan seperti beton yang panjang. Saya tidak berbicara harga saya berbicara waktu. Waktu pabrikasi saja memerlukan waktu. Jadi kita harus mencari yang ready stock dengan jumlah yang besar," lanjutnya.
Alhasil, bambulah yang dipilih sebagai material yang paling cocok untuk menahan beban konstruksi agar tak turun ketika ajang balap mobil listrik bertaraf Internasional ini berlangsung pada 4 Juni 2022 mendatang.
"Selain bambu, kalau di Kalimantan ada kayu-kayu yang keras terhadap air, ada. Tapi kan nggak mungkin kita datangkan dengan cepat. Jadi ini kita membuat manajemennya itu antar manajemen penyediaan bahan dengan manajemen pekerjaan di lapangan, itu yang harus kita sesuaikan," tandasnya.