Meski begitu, beberapa warga mengaku tak mengenal sosok Iska yang baru menempati kosannya selama dua bulan.
"Baru 2 bulan tinggal di sini, kayaknya korban merantau ke sini," kata penjaga kosan bernama Weng di lokasi.
Baca juga: Saksi Ungkap Ciri-Ciri Pelaku Di Balik Tewasnya Karyawati dengan Luka Bacok di Cikarang
Iska menempati kamar nomor 30 yang terletak di pojok lantai dua. Per bulannya, penguhuni kosan diwajibkan membayar seharga Rp 650 ribu dengan fasilitas kamar mandi dalam.
Weng mengaku jarang sekali berbicara dengan Iska. Ia hanya beberapa kali berkesempatan menyapa Iska ketika korban menjemur pakaian.
"Kalau libur nyuci baju, jemur baju biasanya kalau kita ketemu. Kamarnya nomor 30 di atas pojok," ungkapnya.
Senada dengan Weng, Cindy (20) seorang penghuni kosan juga tak pernah mengetahui sosok Iska. Ia menyatakan Iska sangat jarang bersosialisasi sesama penghuni kos.
"Kalau yang kita tahu jarang bersosialsiasi. Paling ngeliat dia jemur doang. Kalau saya kan baru sebulan juga di sini," kata Cindy.
Para penghuni kosan yang diperuntukan bagi pria dan wanita itu, sambung Cindy, tak mengenal satu sama lain. Mereka biasanya juga tak bersosialisasi satu sama lain setelah pulang kerja.
"Memang mayoritas di sini kerja di pabrik. Ya kalau saya paling ngobrol sama sebelah saya saja. Yang lain enggak. Di kosan juga enggak ada grup WA. Jadi kayak sendiri-sendiri saja," tuturnya. (TribunJakarta.com/TribunBekasi.com)
Artikel ini telah tayang di Tribunbekasi.com dengan judul Saat Buruh Cantik Teriak Minta Tolong, Dua Pengendara Motor Tancap Gas, Siapa Sebenarnya Mereka?,