Hal tersebut juga berlaku bagi pemerintah yang sudah menyusun target-target pembangunan.
"Jangan sampai lupa bertindak sekecil apapun, memulai dari apa yang bisa kita lakukan," ucap Ara.
Sementara itu, Yeni Wahid, menjelaskan bahwa kepemimpinan nasional sekarang ini banyak sekali orang yang hanya fokus kepada siapa, mau siapa menjadi Presiden nanti.
"Berikutnya fokusnya ke sana yang dilihat figur figurnya saja tetapi kadang kita lupa bertanya sebetulnya proses berpolitik kita Grand desainnya itu harus diarahkan kepada calon kepada fitur atau kepada tujuan tujuan kita berpolitik ini Apa tujuan kita untuk memilih calon itu apa tantangan kita sebagai bangsa itu apa," ungkapnya.
Untuk itu, ia mengajak adik-adik mahasiswa Universitas Indonesia untuk bicara beyond the fingers yang melampaui figur figur yang ada tetapi bicara pada tujuan berpolitik bangsa.
"Kita ini mau ngapain politik ini dan adalah alat alat untuk apa mencapai konsensus bersama mencapai konsensus, bagaimana negara kita ini dengan penduduk ratusan juta negara dengan populasi keempat terbesar di dunia ini akan dikelolanya seperti apa agar tercipta tujuan bersama kita menjadi negara yang merdeka berdaulat masyarakatnya, rakyatnya makmur dan sejahtera negara kita aman," jelasnya.
Tujuan kita berpolitik, kata dia, adalah untuk memilih pemimpin memilih sistem pemerintahan yang kemudian akan bisa membuat rakyatnya bahagia rakyatnya sejahtera.
"Kita aman-aman saja dan kita bisa menjadi negara yang merdeka berdaulat memainkan peran besar dalam kancah perpolitikan dunia seperti yang saat ini sedang dilakukan oleh Presiden Jokowi mampir ke ukurannya sama mau mampir ke Rusia tujuannya apa sih, tujuannya untuk mencoba mendamaikan," katanya.
Karena efek konflik perang Rusia dan Ukraina telah membuat harga-harga minyak goreng jadi naik.
"Hal sepele kelihatannya tetapi ternyata berdampak karena kita sudah menjadi Global market ya pasar global," pungkasnya.