Hasilnya, Ganjar-Andika unggul jauh (43,6 persen) terhadap Prabowo-Airlangga (23,7 persen) dan Puan Erick (19,0 persen), sisanya tidak tahu/tidak jawab 13,7 persen.
Simulasi lainnya, Anies-Puan menang tipis (31,3 persen) terhadap Prabowo-Khofifah (29,5 persen) dan Airlangga-AHY (28,8 persen), sisanya tidak tahu/tidak jawab 10,4 persen.
Kekuatan dukungan ketiga pasangan relatif tersebar merata dengan selisih tidak terpaut jauh.
Sedangkan pada simulasi empat pasangan, Ganjar-Erick unggul (32,7 persen) tipis atas Anies-AHY (30,2 persen), disusul Puan-Andika (16,8 persen) dan Prabowo-Muhaimin (13,2 persen), serta sisanya tidak tahu/tidak jawab 7,1 persen.
“Tiga besar partai politik yaitu PDIP, Gerindra, dan Golkar memiliki kekuatan untuk memimpin poros koalisi,” jelas Okta.
Partai-partai lain seperti Nasdem atau mungkin juga PKB berpeluang pula membentuk poros di luar tiga besar tersebut.
“Di antara tokoh tiga besar partai, hanya Prabowo dan Puan yang memiliki peluang kuat untuk maju, sementara itu Anies dan Ganjar masih harus menaikkan posisi tawar jika ingin diusung oleh partai-partai,” tandas Okta.
Meskipun demikian, Okta melihat peta koalisi partai-partai masih sangat cair, demikian pula dengan dinamika elektabilitas tokoh-tokoh.
Baca juga: Survei Capres 2024: Elektabilitas Ganjar Meroket, Prabowo Subianto dan Anies Baswedan Kompak Stagnan
“Hingga saat ini simulasi Prabowo-Puan (koalisi PDIP-Gerindra) masih memimpin, dibayangi oleh Ganjar-Andika,” pungkas Okta.
Survei CPCS dilakukan pada 22-27 Juli 2022, dengan jumlah responden 1200 orang mewakili 34 provinsi yang diwawancarai secara tatap muka.
Metode survei adalah multistage random sampling, dengan margin of error ±2,9 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen. (*)