Pengamat Ungkap 7 Simpul Kemacetan di Jakarta, Usul Terapkan WFH Sebagai Pengurai

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Suasana di pos penyekatan Underpass Basura, Jakarta Timur macet total, Kamis (15/7/2021)

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Dionisius Arya Bima Suci

TRIBUNJAKARTA.COM, TANAH ABANG - Pengamat tata kota Yayat Supriatna menyebut, ada tujuh titik kemacetan di DKI Jakarta yang harus segera diurai.

Hal ini disampaikannya saat Focus Group Discussion (FGD) terkait uji coba pengaturan jam kantor yang diadakan Dinas Perhubungan DKI Jakarta.

Ia pun menyebut, ketujuh lokasi tersebut merupakan titik pertemuan para pekerja yang datang dari seluruh penjuru Jakarta dan wilayah penyangga ibu kota.

"Ada tujuh simpul yang menjadi bottle neck besar, mulai dari Cawang, Pancoram, Kuningan, Semanggi, Slipi, Tomang, dan Grogol. Itu merupakan crossing semua," ucapnya, Selasa (1/11/2022).

Pengamat dari Universitas Trisakti ini bilang, sekitar 40 persen sampai 60 persen mobilitas para pekerja menuju kawasan di sekitar Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat.

Baca juga: Urai Kemacetan, Polisi Mulai Survei Uji Laik Jalan Tol JKC di Bandara Soekarno-Hatta

Pasalnya, kedua lokasi itu menjadi pusat bisnis dan terdapat banyak area perkantoran.

"(Jakarta) Selatan dan Pusat itu menjadi sumber permasalahan besar penyebab kemacetan, karena secara struktur ditempatkan perkantoran pemerintah dan jasa investasi," ujarnya.

Oleh karena itu, ia mengusulkan agar fokus pengendalian macet dilakukan di dua wilayah tersebut.

Sebab, Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat selama ini jadi tujuan para pekerja yang datang dari berbagai daerah.

Yayat membeberkan, berdasarkan data yang dimilikinya, pengendara mobil yang melintas di dua wilayah itu paling banyak banyak berasal dari Bekasi dan Depok.

"Jadi banyak macet di Tol Jagorawi (Jakarta, Bogor, dan Ciawi)," kata dia.

Untuk itu, ia mengusulkan agar sistem bekerja dari rumah atau work from home (WFH) diterapkan di perkantoran yang ada di dua wilayah tersebut.

"Karena bukan (kantor atau perusahaan) manufaktur. Satu lagi pembagian waktu antara tenaga operasional dan tenaga fungsional, itu yang WFH," tuturnya.

 

 

Berita Terkini