"Pecahin kaca karena panik. Tapi enggak ada yang keluar sih," tambahnya.
Dede mengaku dilanda kepanikan saat membantu mengamankan jalur kereta api dari bus tersebut.
Pasalnya, meski kejadian kemarin bukan kesalahannya, ia memiliki tanggung jawab terhadap kereta maupun pengendara yang melintas.
"Sebab, kalau ada apa-apa di situ, yang ditanya dan ngejawab pasti saya," tambahnya.
Ia bersyukur bus bisa mundur memanfaatkan celah antara palang pintu di belakang.
"Bukan deg-degan lagi saya, mas. Namanya itu menyangkut nyawa orang. Untungnya di belakang bus enggak ada mobil. Kalau ada aja satu biji, mungkin kena (ketabrak kereta)," ceritanya.
Sempat basah kuyup
Saat itu, suasana arus lalu lintas yang lewat di perlintasan itu cukup padat.
Ia mendapat informasi kereta rel listrik dari Sudirman arah Manggarai hendak melintas.
Dede lalu segera membunyikan sirine atau alarm dan menutup palang pintu.
Namun, saat sirine berbunyi, bus TransJakarta dengan kode SAF 105 nekat menerobos palang pintu.
Padahal, kereta sebentar lagi akan melintas.
"Saya buru-buru keluar, sambil pakai payung. Meski saya akhirnya basah kuyup juga. Separuh badan mah basah," katanya kepada TribunJakarta.com pada Senin (7/11/2022).
Dede tak bisa membuka kembali pintu perlintasan saat kereta hendak melintas.
Bila itu dilakukan, ia telah melanggar prosedur penjagaan kereta.