TRIBUNJAKARTA.COM - Peristiwa gempa Cianjur, Jawa Barat yang terjadi pada Senin, (21/11/2022) terasa sampai Jakarta dan sekitarnya.
Disebut-sebut, gempa Cianjur diduga akibat dari pergerakan Sesar Cimandiri.
"Diduga ini merupakan pergerakan dari Sesar Cimandiri, jadi bergerak kembali," kata Kepala BMKG, Dwikora Karnawati.
Sesar sendiri merupakan suatu rekahan pada batuan di mana bagian yang dipisahkan oleh rekahan akan bergerak kepada satu sama lain.
Umumnya, sesar dapat terbentuk akibat adanya gaya pada batuan sehingga batuan tidak mampu lagi menahannya.
Dalam Jurnal Universitas Padjadjaran (Unpad) Volume 15, Nomor 3, Desember 2017, disebutkan terdapat enam struktur sesar regional di wilayah Jawa Barat, yaitu Sesar Cimandiri, Sesar Cipeles, Sesar Baribis, Sesar Lembang, Sesar Pelabuhan Ratu, dan Sesar Citanduy.
Berdasarkan laporan resmi Stasiun Geofisika Bandung mengungkapkan, keenam sesar tersebut diduga masih aktif hingga sekarang.
Baca juga: Anak Ini Pegang Tasbih saat Tertimpa Beton Usai Gempa Cianjur: Kaki dan Tangan Neng Nyangkut Abi
Gempa bermagnitudo (M) 5,6 di Cianjur kemarin, terasa hingga ke wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya, seperti Bogor, Sukabumi, Bandung, hingga Depok.
Diduga pergerakan Sesar Cimandiri memicu gempa di wilayah lain ,yang juga memiliki garis sesar seperti di wilayah selatan Jakarta dan sekitarnya.
Diketahui wilayah selatan Jakarta dilalui oleh garis Sesar Baribis yang merupakan sesar utama di utara Jawa Barat.
Di daerah Kadipaten, Majalengka yaitu tepatnya di Desa Baribis, ditemukan sejumlah bidang sesar dan struktur sesar minor yang memotong tubuh batu-gamping. Gempa bumi yang cukup signifikan yang bersumber dari sesar ini adalah gempa bumi tahun 1862 di Karawang.
Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono membenarkan Sesar Baribis di wilayah selatan Jakarta terbukti aktif dan berpotensi terjadi gempa bumi.
"Tentu saja, dengan keberadaan jalur sesar aktif ini maka berpotensi terjadi gempa. Ini yang patut diwaspadai," kata Daryono.
Aktifnya Sesar Baribis ini dibuktikan dari hasil estimasi laju gesernya mencapai sekitar 5 milimeter per tahun. Di samping itu, alat monitor seismograf BMKG memantau aktivitas gempa di jalur sesar dalam magnitudo kecil.
Apa itu Sesar Baribis?
Sesar adalah suatu rekahan pada batuan di mana bagian yang dipisahkan oleh rekahan akan bergerak kepada satu sama lain.
Dalam buku Structural Geology karya Marland Billings, sesar atau patahan dapat terbentuk akibat adanya gaya pada batuan sehingga batuan tidak mampu lagi menahannya.
Sesar Baribis adalah sesar muda yang terbentuk pada periode tektonik zaman batu muda Pliosen yang berbentuk sesar naik. Artinya jika sesar bergerak, maka satu blok batuan akan bergeser ke atas sedangkan blok batuan lainnya akan bergeser ke bawah.
Pergeseran ini dapat menyebabkan gempa hingga kerusakan jika terjadi dalam skala yang besar. Sebab itu, daerah dengan sesar yang masih aktif bergerak merupakan daerah yang rawan akan gempa bumi.
Baca juga: Cara Menyelamatkan Diri saat Gempa Bumi Jika Berada di Dalam Rumah atau Gedung Bertingkat
Sesar Baribis membentang dari Kabupaten Purwakarta sampai perbukitan Baribis di Kabupaten Majalengka. Jalur Sesar Baribis dan sekitarnya meliputi kota besar seperti Bogor, Bekasi, dan Jakarta yang diperkirakan memiliki panjang sekitar 100 km.
Segmen sebelah timur jalur sesar tersebut disebut sebagai segmen Bekasi - Purwakarta dan jalur yang melintas di selatan Jakarta sebagai segmen Jakarta. Dengan kata lain, Jakarta masuk dalam wilayah yang rentan gempa bumi akibat Sesar Baribis
Riwayat Gempa Sesar Baribis:
Garis Sesar Baribis yang terbentang melewati wilayah Jabodetabek rupanya punya riwayat sebagai penyebab gempa yang cukup serius, di antaranya:
- Gempa magnitudo 8,0: Jakarta, 5 Januari 1699
- Gempa magnitudo 7,0: Jakarta, 22 Januari 1780
- Gempa magnitudo 7,0: Cirebon, 16 November 1847
Jabodetabek Dikepung Ancaman Gempa
Berdasarkan data-data sejarah dan kajian geofisika terbaru, wilayah megapolitan Jabodetabek yang dihuni 29.116.662 jiwa atau sekitar 11 persen dari penduduk Indonesia ini memiliki kerentanan gempa bumi.
Endra Gunawan, peneliti geofisika yang juga dosen di Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan ITB, mengatakan, masyarakat perlu diedukasi sehingga bisa memitigasi ancaman gempa tersebut.
”Ini memang agak sensitif karena berkaitan dengan daerah yang padat penduduk. Tetapi, harus disampaikan apa adanya bahwa dari sisi sains, zona tektonik di selatan Jakarta memang aktif,” kata dia.
Endra yang terlibat dalam serangkaian studi kegempaan di Jawa, khususnya sekitar Jakarta ini, menjelaskan, kerentanan bencana di Jakarta dan sekitarnya ini perlu dikomunikasikan ke masyarakat.
Sehingga dengan mengetahui potensi ancaman bencana tersebut bisa harus mulai dipersiapkan mitigasinya.
”Selain tata ruang dan tata bangunan, juga edukasi dan pelatihan menghadapi gempa perlu disiapkan secara rutin,” kata dia.