"Posisinya saat itu lagi olimpiade FISIP dan Hasya menang malam itu," jelas dia.
Tak heran, Remon menyebut jika Hasya merupakan jagoan FISIP yang dapat diandalkan.
Baginya, kehilangan Hasya adalah sebuah pukulan telak yang menyakitkan untuknya dan seluruh mahasiswa FISIP.
Bagaimana tidak, dirinya sebenarnya hendak mendaftarkan Hasya untuk kejuaraan taekwondo di Malaysia pada Oktober atau Desember 2023 mendatang.
Namun, takdir justru berkata lain. Sang jawara tersebut menghadap ke pangkuan Tuhan lebih awal dari rekan-rekannya.
"Rencananya Hasya kalau enggak Oktober, Desember, itu akan berangkat ke Malaysia bersama kakak tingkatnya perempuan," ujar Remon.
"Rencananya akan ke sana, pendaftaran memang belum bukan tapi kami akan kirim Hasya ke sana," lanjutnya.
Menurut Remon, Hasya dipilih sebab dipercaya dapat meraih medali emas pada kejuaraan tersebut. Sehingga, kehadiran Hasya itu layaknya urat nadi perjuangan FISIP UI di berbagai pertandingan taekwondo.
"Mangkanya ketidakberadaan Hasya sebenarnya suatu pukulan ya, ya gimana kamu mau fight tapi jagoan kami engak ada," kata Remon.
Remon berharap, proses hukum kasus Hasya tersebut berjalan sesuai prosedur yang ada.
"Sebaiknya secepatnya, biar almarhum tenang di sisinya. Tapi pertanyaan saya, mungkinkah di hukum kami, korban jadi tersangka?" ujar Remon sedikit menyentil.
Baca artikel menarik lainnya TribunJakarta.com di Google News