TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Nenek Mben (75) hidup memprihatinkan di Tambora, Jakarta Barat.
Di penghujung usianya, Mak Mben, panggilannya, terpaksa hidup sebatang kara. Tanpa suami, anak dan cucunya.
Untuk makan dan minum saja, ia mengharapkan belas kasihan dari warga sekitar yang menaruh iba terhadapnya.
Rumah Mak Mben, berada di sela rumah-rumah kecil yang berjejalan di kelurahan Tanah Sereal, Tambora, Jakarta Barat.
Saking padatnya, jalan serupa labirin menuju rumah kecilnya itu perlahan gelap lantaran cahaya matahari terhalang oleh atap rumah yang berdempetan.
Baca juga: Warga Miskin Menteng Tak Lagi Tidur di Lantai dengan Luka Menganga: Kemensos Lakukan Ini!
Menuju rumah Mak Mben juga terbilang sulit. Rumahnya berada di gang sempit.
Ketika menyusuri gang nan gelap menuju rumahnya, akses jalan mulai menyempit.
Lebar jalannya hanya selebar diameter tubuh manusia saja. Rumahnya berada di sebuah ujung gang sempit itu.
Baca juga: Dapat Kado Gerobak Kayu Terindah dari Risma, Warga Miskin Menteng Ini Girang: Makasih Bu Menteri!
Suasana di rumah Mak Ben sangat lah gelap. Penerangan di ruangan sekitar 2 meter x 3 meter itu hanya mengandalkan sebuah lampu yang diletakkan di atas meja.
Ketika membuka pintu rumahnya, sebuah kasur, tempat Mak Mben terkulai lemah, langsung menyapa.
Bukan saja kasur yang menyapa tamu, aroma pesing tikus seketika menguar di dalam ruangan itu. Aromanya teramat bau bagi siapa saja yang menciumnya.
Tak heran, aroma kencing tikus itu sangat menusuk hidung. Sebab, sejumlah tikus berlari-lari di atas kasur Mak Mben.
Seekor tikus lalu bersembunyi di dalam tumpukan baju seabrek-abrek di kasur itu yang sudah menjadi sarangnya.
Bunyi cicit-cicit tikus kerap kali terdengar saat saya bertemu dengan Mak Mben yang terkulai lemah di kasur. Sulit untuk melihat seluruh ruangan saat mengedar pandang ke sekitar ruangan itu.
Sebab, ruangan itu betul-betul minim pencahayaan.