Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Gerald Leonardo Agustino
TRIBUNJAKARTA.COM, KOJA - Keluarga korban tewas kebakaran Depo Pertamina Plumpang berencana menuntut PT Pertamina atas peristiwa maut yang terjadi Jumat (3/3/2023) malam lalu.
Wati Susanti (46), tante dari almarhum M. Ilyas (4), mengatakan keluarganya akan menuntut PT Pertamina karena menganggap ada kelalaian yang menyebabkan kematian.
"Pengennya sih iya, kita pengen nuntut, tapi namanya kita awam kan nggak ngerti caranya gimana, makanya kita tuh butuh bantuan dari yang lain juga," kata Wati usai pemakaman Ilyas di TPU Tegal Kunir, Jakarta Utara, Selasa (7/3/2023).
Wati mengatakan, meskipun rumahnya tidak terdampak sama sekali atas kebakaran tersebut, namun nyawa keluarganya melayang.
Apalagi, saat ini masih ada lima orang anggota keluarganya yang dirawat intensif imbas kebakaran hebat Depo Pertamina Plumpang.
Baca juga: Tangis Ria di RS Polri Saat Jenazah Suami, Anak, Ibu dan Keponakan Dinyatakan Teridentifikasi
"(Yang mau dituntut) masalah kelalaian dia Pertamina, harusnya dia kan sudah tahu itu tuh Pertamina besar di Jakarta Utara, harusnya jangan dekat-dekat permukiman," ucap Wati.
Adapun setelah meninggalnya Ilyas, keluarganya menerima uang pemakaman Rp 10 juta dari Pertamina.
Ilyas sendiri meninggal dunia pukul 11.00 WIB Selasa siang usai dirawat selama empat hari di RS Pusat Pertamina.
Ilyas dirawat setelah terbakar saat kejadian Jumat lalu ketika mencoba menjauhi lokasi kebakaran bersama nenek dan para sepupunya.
Menjelang kebakaran, Ilyas berboncengan dengan sepeda motor menjauhi lokasi kebakaran.
Kala itu, di atas satu unit motor ada enam orang berboncengan, terdiri dari dua wanita dewasa dan empat anak-anak.
Dua wanita dewasa itu meliputi nenek Ilyas, Toniah (66), dan sepupunya yakni Ernawati (28).
Sementara empat anak-anak terdiri dari Ilyas, adik kandungnya Ikhsan (3), serta dua sepupu lainnya yakni Kanza (4) dan Iqbal (9).
Baca juga: Bergantung Hidup dari Burung Lomba yang Mati saat Kebakaran Depo, Eric Minta Pertamina Ganti Rugi
"Saat itu Ernawati bawa motor, sebelum belokan sekolahan itu dia sudah pingsan di motor karena bau gas yang menyengat," kata Wati.
Motor yang dikemudikan Ernawati memboncengi lima orang lainnya terjatuh di tengah kerumunan warga yang juga mencoba menjauhi lokasi kebakaran.
Setelah motor terjatuh, tiba-tiba ada ledakan dari Depo Pertamina sehingga apinya menyambar ke arah kerumunan warga.
"Saat itu motornya jatuh, terbakar di lokasi karena sambaran dari ledakan depo itu," jelas Wati.
Sebelum keenam orang yang berboncengan itu terbakar, dua di antaranya sempat tertindih motor.
Adalah Ilyas dan Ikhsan yang tertindih, sementara empat lainnya terpental.
"Dua yang tertindih, Ilyas sama Ikhsan. Yang Kanza terpental, karena Erna itu nyelamatinnya itu agak jauh juga mau lari ke Kanza," kata Wati.
Di sisi lain, Ernawati masih sempat menyelamatkan Toinah usai terpental, sementara Kanza yang terlempar cukup jauh dari motor berujung diselamatkan warga.
Akan tetapi, Iqbal yang juga terpencar usai motor yang ditumpanginya meledak hingga kini masih belum diketahui keberadaannya.
Seluruh korban, kecuali Iqbal, akhirnya dilarikan ke RS Pusat Pertamina untuk menjalani perawatan intensif.
Sejak Sabtu (4/3/2023) hingga pagi ini, kelima korban masih terbaring di kasur rumah sakit dengan kondisi luka bakar yang mencapai lebih dari 70 persen.
Nahas, Ilyas yang bertahan dengan luka bakar cukup parah akhirnya tutup usia pukul 11.00 WIB siang ini.
Pertamina Minta Korban Tak Tuntut
Sebelumnya, warga korban kebakaran Depo Pertamina Plumpang menerima uang Rp 10 juta dari PT Pertamina Patra Niaga usai anggota keluarganya meninggal, Jumat (3/3/2023) lalu.
Iriyanto, anak dari korban tewas Iriana (65) mengungkapkan, uang itu diterima adik kandungnya di RS Polri Kramatjati saat menunggu proses penyerahan jenazah sang ibu.
Dalam prosesnya, Iriyanto menilai ada semacam serangan psikologis yang dirasakan sang adik, Sulistiawati, saat disodori uang dan surat pernyataan.
"Ibu saya kan di RS Polri, pas lagi mau bawa jenazah ke dalam mobil, adik saya diserahin duit sama kertas," kata Iriyanto saat ditemui di kediamannya, RW 01 Kelurahan Rawa Badak Selatan, Koja, Jakarta Utara, Senin (6/3/2023).
Baca juga: Duka Keluarga Korban Kebakaran Plumpang Saat Bawa Jenazah Hadi dari RS Polri Kramat Jati
Menurut Iriyanto, pihak Pertamina kurang tepat memberikan surat tersebut dan langsung meminta sang adik menandatanganinya dalam kondisi sedang diselimuti duka.
Apalagi, ada permintaan dalam surat yang ditandatangani di atas materai Rp 10.000 itu supaya keluarga mendiang Iriana tidak menggugat ataupun menuntut Pertamina atas alasan apapun ke depannya.
"Bu ini dari Pertamina buat biaya pemakaman, tanda tangan di sini. Adik saya main tanda tangan aja, nggak dibaca lagi semuanya," kata Iriyanto.
"Nggak tahunya di bawahnya ada tulisan lagi, begini tulisannya, setelah menerima dan setuju Rp 10 juta dari Pertamina Patra Niaga, bahwa saya dan ahli waris menyatakan dengan diterimanya bantuan ini maka kami tidak akan mengajukan gugatan maupun tuntutan lain kepada Pertamina Group," paparnya.
Iriyanto lantas merasa dijebak oleh Pertamina.
Ia menilai adiknya merasa diserang secara psikologis oleh perusahaan pemilik depo BBM yang terbakar itu.
"Adik saya diserang secara psikologis, kondisinya lagi lelah mental dan fisik, ditambah nggak punya duit, kondisinya juga lagi dorong jenazah ibu saya menuju mobil, langsung dikasih duit," ucap Iriyanto.
Iriyanto mengaku sudah melapor polisi atas hal ini dan berharap ke depannya pihak PT Pertamina lebih memperhatikan keluarga korban.
PT Pertamina lantas buka suara soal adanya korban kebakaran Depo Pertamina Plumpang yang dilarang menggugat usai diberi uang Rp 10 juta.
Executive General Manager Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Barat Deny Djukardi mengatakan, pihaknya masih akan mengonfirmasi terkait hal tersebut.
"Nanti saya konfirmasi lagi ya berkaitan seperti itu," kata Deny di RPTRA Rasela, Koja, Jakarta Utara, Senin (6/3/2023) malam.
Di sisi lain, Deny mengatakan saat ini pihaknya masih melakukan pendataan terhadap para korban kebakaran Depo Pertamina Plumpang.
Pendataan juga meliputi siapa saja ahli waris dari para korban tewas.
"Kami juga masih mendata masing-masing korban baik yang ahli warisnya tentunya itu masih kita coba data," ucap Deny.
"Kemudian terkait dengan pemberian nanti saya konfirmasi dengan tim kami di Plumpang," tutupnya.
Baca artikel menarik lainnya TribunJakarta.com di Google News