Viral di Media Sosial

Kisah Mulia Mantan Guru 22 Tahun Mengabdi Kini Jadi Tukang Pijat, Tak Pasang Tarif Walau Pas-Pasan

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Irfan mantan guru yang membuka jasa pijat dengan tarif sukarela di Surabaya

Semenjak itu, ia harus mencari cara lain untuk bisa bertahan hidup bersama keluarganya.

Terlebih, ia memiliki tiga orang anak yang masih kecil-kecil dan harus dibiayai.

"Yang pertama, anak saya baru lulus SMK, sedangkan anak kedua itu masih SMP kelas 3, dan anak ketiga baru kelas 6 SD. Perjalannya masih panjang, anak kedua dan ketiga pun lulusnya barengan. Anak kedua masuk SMA, anak ketiga masuk SMP," kata Irfan bercerita pada TribunJakarta.com, Kamis (19/10/2023).

"Makanya saya berjuang untuk mereka, kelulusan ini yang butuh biaya banyak. Oleh sebab itu, saya semangat untuk anak. Tiap malam saya mesti ke sana untuk mencari uang," tambahnya.

Irfan tinggal di Jalan Peneleh, Surabaya, bersama istri dan ketiga anaknya.

Diakui Irfan, istrinya sebenarnya turut membantu ia dalam menambah penghasilan keluarga.

Istrinya bekerja sebagai admin di sebuah yayasan, tetapi gajinya tak sampai Rp 1 juta perbulan.

Sebagai kepala keluarga, Irfan memilih untuk mengadu nasib di jalan demi bisa membiayai keluarganya.

Tak pernah mau pasang tarif walau pas-pasan

Awalnya, kata Irfan ia belajar pijat dari salah satu pamannya yang punya keahlian di bidang tersebut.

Irfan mengakui bahwa membuka usaha pijat di pinggir jalan tidak selalu ramai pelanggan.

Jika sedang ramai, ia bisa melayani pijat hingga 4 orang dalam sehari.

Pelanggannya terkadang berasal dari tamu-tamu hotel yang tak jauh dari tempat ia biasa mangkal.

Tetapi kalau lagi sepi, ya disyukuri saja.

Meski penghasilannya tak seberapa, Irfan tak pernah memasang tarif untuk jasa pijatnya itu.

Kata Irfan, ia membuka jasa pijat untuk siapa saja yang membutuhkan tanpa ada nominal tarif.

Halaman
123

Berita Terkini