"Biarkan mereka membayar sesuai dengan kemampuan mereka," tutur Irfan.
"Kadang pasien-pasien saya bertanya, 'seikhlasnya tuh berapa Pak?' ya saya gambarkan seperti sampean mau ke masjid, lalu mau sedekah, itu kan sesuai dengan hati sampean,"
"Memang waktu saya belajar sama guru saya, paman saya itu sudah dipesenin, kalau bisa jangan masang tarif. Saya bilang, memang niat saya gak pasang tarif. Katanya 'oke bagus, silakan' gitu," kata dia,
Pernah suatu ketika, Irfan mendapat pelanggan yang tidak punya uang.
Sejara jujur, pelanggan itu berucap bahwa hanya mampu membayarnya dengan sedikit uang yang dimiliki.
"Dia bilang 'Pak saya cuma bisa bayar segini', ya saya bilang wis gakpapa. Memang ucapan saya itu sukarela kok," katanya.
Tanpa diduga-duga, ternyata pelanggannya itu menemui Irfan kembali setelah satu minggu kemudian.
Pelanggannya itu tiba-tiba saja memberikan sejumlah uang.
"Loh, saya gak ngarepin toh. Gak usah," kata Irfan menceritakan ucapannya kala itu.
"Tapi dia menghampiri saya, kasih uang itu. Kata dia, 'engga-engga Pak, gak apa apa, malah saya gak enak' yasudah saya terima saja," kata Irfan.
Irfan biasa mangkal di dua lokasi setiap malam.
Pukul 20.00 - 22.00 waktu setempat, ialah mangkal di depan Jalan Tunjungan 1, Surabaya.
Sedangkan pukul 22.00 - 00.00 waktu setempat, ia berpindah ke sekitar Hotel Platinum Surabaya.
Ia biasa mangkal setiap hari kecuali hari Kamis.
"Pagi harinya, saya lakukan apa saja yang bisa saya lakukan di rumah. Kalau ada telepon panggilan pijat, ya saya datangi kemana," kata dia.
Baca artikel menarik lainnya di Google News.