Laporan Wartawan TribunJakarta.com Elga Hikari Putra
TRIBUNJAKARTA.COM - Jelang pemungutan suara Pemilu 2024 diwarnai munculnya gerakan kritik dari sejumlah perguruan tinggi kepada pemerintah.
Seruan moral para akademisi itu, menyikapi menurunnya kualitas demokrasi selama Pemerintahan Joko Widodo.
Pakar komunikasi politik, Emrus Sihombing menilai, munculnya gerakan dari dunia akademisi itu, suka tidak suka bisa memengaruhi elektabilitas tiga Paslon Pilpres 2024.
Tentunya, ada yang elektabilitasnya naik dan ada pula yang turun imbas adanya gerakan kritik sosial ini.
Yang paling turun elektabilitasnya diprediksi pasangan Prabowo-Gibran, mengingat mereka menjadi pasangan yang diidentikan didukung oleh pemerintahan saat ini.
"Yang berpeluang elektabilitasnya turun yaitu Paslon yang didukung oleh sosok yang membuat turunya kualitas Demokrasi di tanah air dan paslon yang elektabilitasnya stagnan," kata Emrus saat dihubungi, Minggu (4/2/2024).
Menurut Emrus, perolehan elektabilitas masing-masing paslon saat ini masih di kisaran 30-35 persen dengan margin of eror 2-3 persen.
"Jadi, tiga Paslon, termasuk Paslon 02, berpeluang kalah atau menang di putaran pertama dengan perolehan suara kisaran 30-35 persen. Jadi, tiga Paslon memperoleh probabiliti yang sama," papar Emrus.
Diketahui, beberapa pekan jelang pemungutan suara Pemilu 2024, muncul gerakan kritik dari sejumlah kampus besar di tanah air.
Setidaknya ada empat kampus yang telah menyuarakan kritiknya terhadap kondisi demokrasi saat ini.
Mereka yakni Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Padjadjaran (Unpad) dan Universitas Islam Indonesia (UII).
Baca artikel menarik lainnya di Google News.