Sedangkan yang tidak tahu dan tidak jawab sebesar 24,9 persen.
Sementara pada simulasi tunggal Cawagub Jakarta, yang unggul justru Rano Karno dengan elektabilitas 37,6 persen, diikuti Suswono 27,6 persen dan Kun Wardana 4,8 persen. Yang tidak tahu dan tidak jawab 30,0 persen.
"Berbalik beda dengan hampir semua Pilkada yang kami sudah survei, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Banten."
"Kami juga sudah survei sebagian di Sumatera, Sulawesi sebagian, dan juga Kalimantan, hampir tidak ditemukan, cawagubnya, elektabilitasnya lebih tinggi dari pada cagubnya."
"Kita menemukan di Jakarta, karena faktor popularitas. Ternyata memang Rano Karno elektabilitasnya melampaui si cagubnya, Pramono Anung," kata Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia, Hanta Yuda, saat merilis survei ini melalui siaran Youtube Poltracking Indonesia, Jumat (27/9/2024).
Akhirnya, elektabilitas Rano Karno pun membantu cagubnya, Pramono Anung.
"Tentu faktor ini biasanya kontributif secara elektoral bagaimana kita melihat versi akumulasi ketika berpasangan," kata Hanta.
Kendati demikian, elektabilitas cagub lebih mempengaruhi daripada cawagubnya.
Hal itu terlihat dari survei simulasi paslon. RK-Suswono unggul dengan angka elektabilitas 47,5 persen.
Sedangkan Pramono-Rano elektabilitasnya 31,5 persen dan Dharma-Kun 5,1 persen.
Yang belum menentukan jawaban sebanyak 15,9 persen.
Hanta menjelaskan, selisih elektabilitas RK-Suswono dan Pramono-Rano mencapai 16 persen.
Pramono-Rano masih bisa mengejar karena ada masa kampanye sampai dua bulan ke depan.
"Angka 16 persen ini jauh kalau Pilkadanya berlangsung seminggu lagi. Tapi menjadi pendek atau tipis selisihnya kalau Pilkadanya masih jauhm atau relatif masih cukup lama. Dua bulan fluktuasi Jakarta masih mungkin," kata Hanta.
Survei ini menggunakan metode stratified multistage random sampling.