Tidak jarang, seorang anak menggertak teman sebayanya yang berbeda dalam beberapa hal.
Misalnya, anak yang punya alergi terhadap makanan tertentu, berkebutuhan khusus, atau memiliki ras dan agama berbeda.
Beberapa jenis prasangka ini juga seringkali menjadi akar dari perilaku bullying.
7. Tekanan pergaulan
Terkadang, seorang anak melakukan bullying hanya demi mendapatkan pengakuan di lingkungan pergaulannya, sekalipun dia harus melakukan sesuatu yang bertentangan dengan norma.
Seringkali, bagi anak-anak seperti ini, diakui oleh teman-teman sepergaulannya lebih penting daripada konsekuensi yang bisa mereka terima dari melakukan bullying.
Pada waktu lainnya, anak melakukan bullying sekadar agar kompak dengan teman-teman dalam kelompoknya. Kekhawatiran untuk tidak diterima atau ketakutan menjadi korban berikutnya memicu mereka untuk ikut menjadi pelaku bullying dalam kelompok.
8. Diberi kekuasaan berlebihan
Seorang anak yang diberi kekuasaan berlebihan juga rentan menjadi pelaku bullying.
Anak-anak yang selalu mendapatkan segala hal yang mereka inginkan, serta dibesarkan tanpa batasan dan aturan untuk diikuti, bisa tumbuh menjadi anak yang merasa berhak dan berkuasa, seperti dilansir dari HuffPost.
Anak seperti in mungkin meyakini bahwa mereka punya hak untuk menggertak orang lain di sekolah, karena mereka toh juga menggertak orangtua di rumah dan mendapatkan apapun yang diinginkan.
Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya