"Dan dua orang anggota gudang pusat amunisi 3 Gudang Pusat Peralatan TNI Angkatan Darat yaitu Kopda Eri Triambodo dan Pratu Aprio Seriawan," sambungnya.
Selain empat anggota TNI AD, sembilan korban akibat ledakan amunisi di Garut itu adalah masyarakat sipil, yakni Agus bin Kasmin, Ipan bin Obur, Anwar, Iyus bin Inon, Iyus Rizal bin Saepuloh, Totok, Dadang, Rustiawan, dan Endang.
Warga Biasa Ambil Sisa Puing
Dalam tayangan Youtube Kompas TV, Kepala Pusat Penerangan TNI, Mayjen Kristomei Sianturi mengatakan warga sipil tewas di lokasi kejadian.
"Saat ini semua korban menginggal dunia sudah dievakuasi ke RSUD Pameungpeuk untuk dilakukan autopsi dan pemulasaran jenazah," katanya dikutip Tribun Jakarta.
Kemudian, pembawa acara Kompas TV menanyakan perihal adanya warga sipil di lokasi ledakan dan bertanya perialĀ radius yang aman bagi warga.
Mayjen Kristomei Sianturi justru mengungkapkan 'kebiasaan' masyarakat atau warga usai ledakan.
"Sebetulnya itu kebiasaannya adalah masyarakat ketika setelah ledakan dikira aman, mereka merapat ke lokasi kejadian. Itu yang akan kita dalami nanti, apakah semua SOP itu sudah dikerjakan apa belum. Saat ini kami belum bisa mengandai-andai, sementara kita baru menerima laporan ini yang bersifat sementara," ungkapnya.
Kata dia, masyarakat biasanya mengambil puing sisa ledakan sehingga mendekat ke lokasi.
"Nanti akan kita dalami apa yang menyebabkan demikian. memang biasanya selesai ledakan masyarakat datang untuk mengambil sisa-sisa ledakan tadi, apakah serpihan logamnya yang dikumpulkan, tembaga atau besi yang memang bekas dari misalnya granat, kemudian mortir," tambahnya.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judulĀ Kronologi Ledakan Amunisi di Garut: Peledakan Awal Aman, Tiba-tiba..
Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya