"Mudah-mudahan acara ini membawa berkah. Jangan dirusak gunungnya, sungainya, supaya orang hidup makmur sejahtera."
"Kalau sayang pada tradisi kita, maka harus sayang ke gunungnya, hutan, sungai. Sayang pada tradisi berarti sayang pada lemah cai (tanah air)," kata Dedi dalam pidatonya, dikutip dari TribunJabar.
Pernyataan Dedi Mulyadi ini disambut tepuk tangan meriah dari masyarakat adat dan para tamu undangan.
Ia menegaskan, pelestarian budaya tidak hanya sebatas seremoni, tetapi juga harus diwujudkan melalui kepedulian nyata terhadap lingkungan.
Peluang Dedi Mulyadi di Pilpres 2029
Tak hanya bergaya bak Presiden Prabowo, Dedi pun memiliki peluang menjadi RI 1 melalui Pilpres 2029 nanti.
Pengamat politik dari UIN Jakarta, Burhanuddin Muhtadi, mengungkap analisisya terkait kontestasi politik level nasional itu.
Belum 100 hari menjabat Gubernur Jawa Barat, Dedi sudah ramai diisukan akan berlaga di Pilpres 2029.
Saat Dedi mengunjungi Kampung Baru di Depok, dia sudah dipanggil dengan sebutan 'Pak Presiden'.
Popularitasnya di media sosial membuat Dedi begitu dikenal. Bahkan ia mendapat julukan 'Gubernur Konten' dari Gubernur Kalimantan Timur, Rudy Mas'ud.
Dedi mendapat sambutan bukan saja karena wajahnya sering muncul di media sosial, melainkan juga karena kebijakannya.
Pembongkaran bangunan di bantaran kali hingga penggusuran wisata di area hijau menjadi gebrakan utamanya di hari-hari awal menjabat.
Kini, Dedi juga jadi perbincangan berkat kebijakan syarat vasektomi bagi penerima bansos dan mengirim siswa nakal ke barak militer.
Program Dedi ditiru dan kerap dibanding-bandingkan dengan daerah lain.
Burhanuddin berani mengatakan, Dedi Mulyadi adalah kepala daerah paling populer saat ini.
Kendatipun, Burhan, sapaan karibnya, belum memiliki survei terkait hal itu.