Viral di Media Sosial

1 Minggu Berkendara dari Morowali Demi Ketemu KDM, Sopir Taksol Klarifikasi Soal Tak Diberi Ongkos

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

GAGAL DIONGKOSI - Adrian Bilarino, sopir taksi online yang nekat dari Morowali naik mobil demi bertemu Dedi Mulyadi di Jawa Barat curhat lantaran dirinya gagal diongkosi pulang. (YouTube KDM Channel ).

TRIBUNJAKARTA.COM - Setelah jauh-jauh datang dari Morowali, Sulawesi Tengah dan bertemu dengan Dedi Mulyadi, sopir ini curhat gagal diongkosi pulang. 

Ia pun memberikan klarifikasinya terkait kejadian itu.

Awalnya, sopir taksi online bernama Adrian Biralino asal Desa Korolama, Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah mengaku menjadi fans berat Dedi Mulyadi. 

Ia nekat mengendarai mobil dari kampungnya menyeberang laut hanya demi bertemu Dedi Mulyadi di Jawa Barat. 

KDM (Kang Dedi Mulyadi) lalu menemuinya di sebuah kafe sembari mengobrol.

"Saking nge-fansnya sama bapak. Sampai dibela-dibelain tiga bulan cari ongkos untuk ke sini pak. Saking nge-fansnya karena baru kali ini bangsa ini punya pemimpin seperti bapak," ujar sopir tersebut. 

Adrian mengaku senang dengan kinerja Dedi Mulyadi sebagai gubernur lewat tayangan di media sosialnya. 

"Baru kali ini, ada gubernur seperti bapak serasa presiden," kata si sopir itu. 

"Ah, bohong itu. Presiden mah Pak Prabowo Subianto, harga mati itu," kata Dedi Mulyadi. 

Ia bersama istri dan anaknya nekat ke Jawa Barat hanya demi menemui Dedi Mulyadi. 

Perjalanan menemui Dedi Mulyadi, katanya, memakan waktu selama seminggu dari kampungnya.

"Berangkat hari Jumat subuh, nanti jalurnya melewati perbatasan dari Kabupaten Morowali, ke Poso terus sampai ke Makassar. Kemudian naik feri (kapal) turun ke Surabaya terus ke sini. Sampai lagi hari Jumat di Pakuan tempat bapak, nginep di mobil," katanya. 

Dedi Mulyadi lalu menawari Adrian bersama istri dan anaknya menginap di hotel depan Lapangan Gasibu selama dua hari. 

Ia juga akan mengongkosi Adrian dan keluarga pulang dari Jakarta. 

"Udah nanti urusan saya," kata Dedi. 

Dedi lalu meminta stafnya untuk mencarikan tiket kapal feri dari Jakarta ke Makassar. 

Tak jadi diongkosi

Namun, publik bertanya-tanya kenapa Adrian bersama keluarganya pulang lewat Surabaya, bukan Jakarta. 

Ternyata sopir tersebut batal diongkosi pulang oleh Dedi Mulyadi. 

Ia pun memberikan klarifikasinya. 

Hal itu disebabkan karena kesalahan dari staf Dedi Mulyadi bernama Agung.

"Terkait dengan masalah itu memang bapak sudah arahkan ke Pak Agung staf bapak untuk  mengurus tiket kami dari Tanjung Priok ke Makassar, namun Pak Agung mengurus tiket tersebut hanya ngurus tiket tiga orang, saya, istri dan anak sementara mobil kami tidak termasuk," katanya. 

Menurut Adrian, kondisi itu memperberatnya karena dia harus mengeluarkan ongkos lagi untuk biaya angkut mobil ke kapal di Tanjung Priok. 

"Jauh lebih besar anggarannya, dibandingkan saya mengarah ke Surabaya. Jadi karena kesalahan teknis dari Pak Agung, yang hanya membeli tiket untuk kami sementara mobil tidak."

"Dan kalau tahu dari awal saya harus membeli tiket untuk itu mungkin sekitar 8 jutaan mungkin dari Tanjung Priok ke Makassar, saya ralat mendingan ke Surabaya saya hanya mengeluarkan dana sekitar Rp 5 juta sudah plus mobil kami," jelasnya. 

Adrian sudah meminta kepada Agung untuk membatalkan tiket kapalnya dari Tanjung Priok ke Makassar. 

Namun, belum ada jawaban. 

"Jawaban Pak Agung, nanti saya coba batalkan, karena tidak informasi selanjutnya dari Pak Agung ke kami sehingga kami ambil keputusan berangkat, karena kalau menunggu lagi nanti disangka lagi niat kami datang ke sana menunggu bantuan dari Pak Dedi," katanya. 

Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

Berita Terkini