5 Fakta Perseteruan Wagub Jabar dengan Sekda Herman Suryatman, Satu Kantor Tapi Tak Saling Ngobrol

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

SEKDA UNGKAP RAHASIA KDM - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi dan Sekda Jawa Barat Herman Suryatman di Dodik Bela Negara Rindam III/Siliwangi, Senin (5/5/2025).

TRIBUNJAKARTA.COM - Konflik antara Wakil Gubernur Jawa Barat Erwan Setiawan dengan Sekretaris Daerah Herman Suryatman belum juga mereda.

Selama ini, kubu Erwan yang terus menyuarakan ketidakcocokan dengan Herman Suryatman. 

Berikut fakta perseteruan Wakil Gubernur Erwan dengan Sekda Herman:

1. Jarang Ada di Kantor

Serangan pertama dilakukan saat sidang paripurna DPRD Jabar, Kamis (19/6/2025). 

Saat itu, Erwan menuding Sekda jarang hadir dalam rapat paripurna hingga jarang berada di kantor.

"Dan juga sekalian tanyakeun kamana wae (tanyaidalamn kemana aja) Sekda gitu," kata Erwan.

"Selama saya paripurna mewakili Pak Gubernur belum pernah saudara Sekda hadir dan sekarang pun di kantor nggak pernah ada, coba tanyakan yang terhormat anggota DPRD, terimakasih," tambahannya.

Menanggapi hal itu, Herman menyampaikan permohonan maaf dan menjelaskan ketidakhadirannya karena sedang menjalankan tugas dari Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi.

"Hatur uninga, patali jadwal Pak Gubernur sareng disposisi beliau tiasa ditingal di update protokol. (Dikarenakan bentrok dengan jadwal pak gubernur dan disposisi beliau, bisa dilihat di update protokol)," jelasnya. 

2. Soal Bonus Persib

Saat konvoi Persib juara, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi memang meminta Sekda untuk memberikan bonus juara untuk Persib.

Nyatanya, uang patungan dari ASN itu tak sesuai target.

Komisaris PT Persib Bandung Bermartabat (PBB), Umuh Muchtar, yang tak lain ayah Erwan Setiawan kemudian memilih mengembalikan bonus hasil patungan ASN tersebut karena tak sesuai yang dijanjikan.

"Uang yang dijanjikan Rp1 miliar itu Sekda sudah berkoar-koar ke mana-mana dan sudah memberikan uang kadedeuh dikumpulkan Rp365 juta. Sudah diinstruksikan kepada staf di Persib, saya tolak," ucapnya.

Umuh mengungkapkan, dirinya khawatir pemberian bonus itu justru akan memicu persoalan di kemudian hari.

Untuk menghindari kesalahpahaman dan potensi konflik yang berlarut, dirinya pun memilih menolak serta mengembalikan dana yang sempat diberikan Pemprov Jabar.

"Saya takutnya jadi beban dan jadi prasangka dari semua Bobotoh bahwa Persib sudah menerima uang Rp1 miliar. Jangan sampai ini jadi masalah, jadi bumerang," katanya.

Mengenai bonus juara Persib, Herman Suryatman memilih untuk tidak berkomentar panjang.

Menurut Herman, pemberian bonus untuk pemain Persib yang berasal dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat, sepenuhnya bersifat sukarela.

Artinya, tidak ada kewajiban bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) yang ingin menyisihkan uangnya sebagai sumbangan.

"Kan itu mah sukarela ya, kan saya kira sudah jelas," ujarnya saat ditemui di Stadion Si Jalak Harupat, Kabupaten Bandung pada Jumat (27/6/2025).

Herman juga menegaskan, dirinya tidak ingin masalah bonus ini terus berkepanjangan. 

Dirinya menjelaskan bahwa urunan sukarela, berarti berapa pun jumlah dana yang disumbangkan oleh ASN tetap akan diterima.

Lebih jauh, Herman enggan memberikan komentar lebih lanjut terkait kekecewaan Komisaris Persib, Umuh Muchtar yang sempat menyinggung soal janji bonus Rp1 miliar, namun yang terkumpul hanya Rp365 juta.

"Kita mah sukarela ya, karena tidak boleh memaksa, harus sukarela. Sudah. Tidak ada komentar," katanya.

3. Satu Lantai Tapi Tak Pernah Ngobrol

Erwan Setiawan secara terbuka mengakui terjadi keretakan hubungan dengan Sekretaris Daerah (Sekda) Jabar, Herman Suryatman. 

Dikatakan Erwan, ruang kerjanya di Gedung Sate berada satu lantai dengan Sekda Jabar. 

Namun belum pernah bertemu dan ngobrol dengan Herman Suryatman.

"Memang ada keretakan, kenyataan. Saya di ruang, (ruangan saya di sini). Sekda di ruang sana, satu lantai, saya lewat tidak ada," ujar Erwan, di Gedung Sate, Senin (30/6/2025). 

Erwan pun merasa banyak pekerjaan yang seharunya menjadi tugas Wakil Gubernur, diambil alih oleh Sekda Jabar. 

"Sudah di luar batas. Saya katakan sudah di luar batas. Sudah di luar kewenangan-kewenangan dia. Terakhir kemarin, di Rindam (kelulusan siswa barak militer gelombang kedua). Itu kan bukan juga seorang Sekda di Rindam. Orang bisa menilai," katanya.

Padahal, kata dia, tugas Sekda adalah mengurus masalah administratif dan mengkonsolidasikan kepala dinas atas temuan gubernur dan wakilnya di lapangan. 

"Sebenarnya perlu dipahami, namanya sekretaris daerah itu mengkoordinir sekretariat daerah."

"Seharusnya Pak Sekda selalu ada di kantor. Pak Gubernur di lapangan, saya ke lapangan," ucapnya.

4. Respon Dedi Mulyadi

Dedi Mulyadi pun turut merespons hal ini.

Dedi mengatakan, saat kegiatan paripurna memang dirinya menugaskan Wakil Gubernur Jawa Barat Erwan Setiawan.

"Pada waktu kemarin tidak hadir paripurna, pada waktu itu saya lagi ada tugas kemudian di paripurna saya menugaskan wakil gubernur," ujar Dedi.

Sementara, di saat bersamaan, ada kunjungan kerja Menteri Koordinator Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Pratikno bersama Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto, Wakil Menteri Pekerjaan Umum Diana Kusumastuti, serta Wakil Menteri Sosial Agus Jabo Priyono ke lokasi bencana pergerakan tanah di Desa Pasirmunjul, Kecamatan Sukatani, Kabupaten Purwakarta.

"Ada Menko melihat bencana pergeseran tanah di Purwakarta. Saya harus nugasin siapa? Kalau Menko minimal harus didampingi Sekretaris Daerah, itu bagian dari menghormati pemerintah pusat. Jadi bagi tugas," katanya.

5. Dedi Mulyadi Puji Sekda

Dedi pun kemudian memuji sosok Sekda Jawa Barat, Herman Suryatman yang dinilainya tidak hanya pandai mengurus administrasi pemerintahan. 

"Sekda Jabar itu cerdas, pandai mengambil keputusan dan eksekutor. Biasanya Sekda itu administratif. Nah, Sekda Jabar itu bukan hanya administratif, dia berani dan pasang badan maju ke depan," katanya. 

Lebih lanjut, Sekda Herman dikatakan Dedi memiliki latar belakang semi militer, karena merupakan lulusan Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN).

Herman juga diketahui pernah menjadi seorang tentara dengan menjabat sebagai Perwira Pertama pada Korem 163/Wirasatya, Kodam IX/Udayana, Bali pada 1992.

Setelah itu, Herman berlanjut menjadi Perwira Intelijen Kodim 1619/Tabanan, Kodam IX/Udayana, Bali pada 1993 - 1994.

Ia juga diketahui Sekolah Perwira Wajib Militer di Pusat Pendidikan Infantri (Puadikif) Pusat. 

"Jadi memang petarung, dia bukan hanya orang administratif, orang lapangan," ucapnya.(TribunJabar.id).

Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

 

 

Berita Terkini