Miris! 20 Anak di Jakarta Derita Gagal Ginjal, Harus Jalani Cuci Darah Seumur Hidup

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

KASUS GAGAL GINJAL - Ketua Yayasan Ginjal Anak Indonesia, Agustya Sumaryati mengungkap data anak penderita gagal ginjal di Jakarta. TRIBUNJAKARTA.COM/ELGA PUTRA

Laporan Wartawan TribunJakarta.com Elga Hikari Putra

TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA – Kasus gagal ginjal pada anak di Jakarta meningkat beberapa tahun terakhir.

Ketua Yayasan Ginjal Anak Indonesia, Agustya Sumaryati mengatakan, saat ini tercatat 20 anak di DKI Jakarta menderita gagal ginjal.

“Dari total 60 anak yang kami dampingi di seluruh Indonesia, 20 di antaranya berasal dari Jakarta. Kemudian 30 di Jawa Barat, selebihnya ada di Banten. Ada juga 1 di Jambi dan 1 di Sumatera Selatan," kata Agustya saat diwawancarai TribunJakarta.com di kantornya, Kamis (7/8/2025).

Agustya mengatakan, mayoritas dari anak-anak tersebut kini menjalani cuci darah secara rutin dua kali seminggu, termasuk anak-anak usia sekolah dasar. 

Kondisi ini berdampak pada aktivitas mereka, termasuk pendidikan yang kerap terganggu.

“Kebanyakan dari mereka jadi sekolahnya terganggu karena harus bolak-balik rumah sakit. Karena kita tahu kalau sudah cuci darah ya mereka harus menjalaninya seumur hidup,” kata dia.

Lebih lanjut, Agustya menjelaskan bahwa penyebab gagal ginjal pada anak-anak belakangan ini bukan hanya karena kelainan bawaan.

Namun juga dipengaruhi oleh pola hidup yang kurang sehat, seperti konsumsi minuman berpemanis dan kurang minum air putih.

“Di awal-awal yayasan berdiri tahun 2016, banyak yang karena kelainan bawaan sejak bayi. Tapi sekarang banyak yang karena gaya hidup. Termasuk di Jakarta,” katanya.

Meskipun prosedur cuci darah ditanggung oleh BPJS Kesehatan, namun tidak semua kebutuhan pengobatan terpenuhi, seperti obat-obatan jangka panjang, vitamin, susu, dan kebutuhan penunjang lainnya.

“Yang dicover BPJS itu biasanya hanya untuk dua minggu, padahal kebutuhan anak-anak ini bisa untuk satu bulan penuh. Sisanya harus ditanggung keluarga,” jelas Agustya. 

lihat foto Dua anak tukang sepuh emas di pinggir jalan Kota Solo berhasil masuk ITB. Doa sang ibu yang sudah 10 tahun menjadi tulang punggung keluarga akhirnya terkabul, hingga membuat Dosen ITB berdecak kagum.

Agustya mengatakan, Yayasan Ginjal Anak Indonesia hingga kini masih berjuang secara independen untuk mendampingi pasien anak penderita gagal ginjal, termasuk di Jakarta. 

Terlebih, masih minimnya edukasi masyarakat soal penyakit ini juga menjadi tantangan tersendiri.

“Banyak orang masih mengira gagal ginjal itu hanya penyakit orang tua. Padahal anak-anak pun bisa terkena, bahkan sejak usia 4 tahun,” tegasnya.

Halaman
12

Berita Terkini