Perawat lalu memberitahukan kondisi tersebut kepada dokter jaga dan mendapat instruksi untuk melakukan pemeriksaan gula darah (BSS) serta pemasangan selang makan (NGT).
Saat pergantian shift pagi ke sore, dilaporkan tekanan darah pasien berada di angka 150/90 mmHg pada pukul 16.00 WIB.
Satu jam berselang, sekitar pukul 17.00 WIB, pemeriksaan kadar gula darah menunjukkan hasil 107 mg/dL.
Meski sudah direncanakan, pengambilan sampel dahak tetap belum bisa dilakukan lantaran pasien tidak bisa batuk.
Keesokan harinya, pada 10 Agustus 2025, pasien di Ruang Leban RSUD Sekayu menjalani kunjungan dokter jaga bangsal.
Dokter memutuskan tidak ada penambahan terapi dan perawatan dilanjutkan sesuai tindakan sebelumnya.
Perawat kemudian mengedukasi pasien dan keluarga mengenai pengambilan sampel dahak.
Hasil yang diperoleh saat itu hanyalah air liur dengan sedikit dahak.
Perawat kemudian memberikan edukasi tambahan agar jumlah dahak ditingkatkan, karena dikhawatirkan sampel yang terlalu sedikit membuat hasil tidak akurat ketika diuji di laboratorium.
Edukasi serupa kembali diberikan kepada keluarga pasien pada pukul 22.00 WIB.
Pemantauan berlanjut hingga 11 Agustus 2025, termasuk pemeriksaan kadar gula darah (kurva BSS) dan tekanan darah secara rutin.
Pada 11 Agustus 2025 pukul 06.00 WIB, pemeriksaan kadar gula darah (BSS) pasien di Ruang Leban RSUD Sekayu menunjukkan hasil 303 mg/dL.
Lima menit kemudian, dokter residen penyakit melakukan kunjungan ke pasien tersebut.
Pukul 08.30 WIB, dokter spesialis penyakit dalam, dr. Syahpri, Sp.PD-KGH, juga melakukan kunjungan.
Ia menyampaikan kepada keluarga pasien bahwa sampel dahak pasien masih sedikit dan pasien belum mampu batuk untuk mengeluarkan dahak.