JADWAL Demo di Jakarta Hari Ini: Monas dan Gedung DPR Bakal Diserbu Massa, Ibu-ibu Suarakan MBG

Jakarta kembali dipenuhi gelombang massa yang melakukan unjuk rasa pada hari ini, 1 Oktober 2025, dengan memunculkan tiga aksi kelompok massa.

|
Editor: Wahyu Septiana
TribunJakarta.com/Yusuf Bahctiar
DEMO DI JAKARTA. Foto Ilustrasi demo. Jakarta kembali dipenuhi gelombang massa yang melakukan unjuk rasa pada hari ini, 1 Oktober 2025, dengan memunculkan tiga aksi kelompok massa. 

Di komisi yang membidangi kesehatan, ketenagakerjaan, dan jaminan, Tan Shot Yen menyoroti menu MBG serta keterlibatan ahli gizi dalam program tersebut.

Pelibatan ahli gizi penting untuk memastikan peningkatan status gizi peserta didik yang disesuaikan dengan standar Angka Kecukupan Gizi (AKG) harian.

Ia menyebut Ahli Gizi dalam program MBG disebut masih fresh graduate atau baru lulus kuliah.

Fakta ahli gizi MBG yang statusnya baru lulus itu diketahui saat senior-seniornya mengecek langsung ke Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).

"Banyak masyarakat menanyakan, 'Dok, emang di SPPG nggak ada ahli gizi?' Ada, tapi setelah teman-teman kami yang lebih senior datang ke SPPG, Ya Allah ahli gizinya baru lulus," ungkapnya.

Bahkan, kata dr Tan, para ahli gizi MBG yang baru lulus itu tidak tahu soal Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP) saat ditanya.

HACCP merupakan sistem manajemen keamanan pangan berbasis ilmiah dan pencegahan, yang mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengendalikan bahaya keamanan pangan melalui penetapan titik kendali kritis dalam setiap tahap proses produksi. 

Sistem ini berfokus pada pencegahan kontaminasi untuk menjamin keamanan produk pangan bagi konsumen dan meningkatkan kepercayaan pasar. 

Ia mengatakan, para ahli gizi yang baru lulus itu tidak tahu tentang HACPP karena belum memiliki banyak pengalaman atau jam terbang tinggi.

"Dan lebih lucu lagi, mereka nggak ngerti kalau ditanya apa itu HACCP, 'hah? HACCP hewan apa itu?' Loh ya ahli gizi ora ngerti (tidak tahu), ya emang jam terbangnya masih kurang. HACCP mereka nggak ngerti ya," paparnya.

Selain tak tahu soal HACCP, dr Tan juga menyebut ahli gizi itu tidak paham dengan Ultra-Processed Food (UPF).

UPF merupakan makanan Ultra-Olah yang telah melalui proses industri panjang dan mengandung banyak bahan tambahan sintetik, seperti pewarna, perasa, dan pengemulsi, serta memiliki kandungan gula, garam, dan lemak tidak sehat yang tinggi. 

Konsumsi UPF dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko berbagai masalah kesehatan, sehingga disarankan untuk membatasi dan menggantinya dengan makanan segar atau real food. 

Ini menjadi alasan kenapa SPPG biasanya hanya menampilkan hitung-hitungan kalorinya, pada menu-menu MBG.

"Kemudian apalagi bicara tentang UPF. Jadi kenapa Anda lihat itu yang seringkali ditayangkan oleh SPPG itu biasanya cuman hitung-hitungan kalori. Kalorinya cukup tapi kualitasnya?" ucapnya.

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved