Viral di Media Sosial

Permintaan Maaf Sahara ke Yai Mim dan Akui Lakukan 2 Kesalahan Fatal, Tapi Bantah Playing Victim

Nurul Sahara pemilik rental mobil sekaligus tetangga Mantan dosen UIN Malang, Imam Muslimin atau Yai Mim akhirnyar buka suara.

YouTube Cumi Cumi
SAHARA MINTA MAAF - Nurul Sahara pemilik rental mobil sekaligus tetangga Mantan dosen UIN Malang, Imam Muslimin atau Yai Mim akhirnya mengungkapkan permintaan maaf. 

TRIBUNJAKARTA.COM - Nurul Sahara pemilik rental mobil sekaligus tetangga Mantan dosen UIN Malang, Imam Muslimin atau Yai Mim akhirnya mengungkapkan permintaan maaf.

Sahara dan Yai Mim diketahui tengah terlibat konflik hingga berujung saling lapor ke Polrestabes Kota Malang.

Perseteruan keduanya viral di media sosial, setelah Sahara mengunggah sejumlah video bernarasi miring soal Yai Mim, mulai dari penutupan jalan, pelecehan seksual, sampai perusakan mobil rental. 

Yai Mim lalu membantah semua tuduhan tersebut, dan mengungkapkan awal mula perseteruan mereka karena Sahara memakirkan mobil rental di depan pagar rumahnya.

Sejumlah netizen yang sebelumnya mendukung Sahara dan menghujat Yai Mim, langsung berbalik arah.

Mereka menganggap ternyata selama ini Yai Mim adalah korban dari fitnah keji Sahara.

Netizen lalu menilai Sahara hanya berpura-pura sebagai korban alias playing victim.

Di depan awak media, akan tetapi Sahara membantah dirinya playing victim.

"Kalau menurut saya, tidak ada adegan yang saya rekayasa, saya biasanya kemana-mana tidak pernah bawa HP, tapi semenjak saya berkasus dengan beliau, saya jadi bawa HP kemana-mana, sebagai bukti karena saya tidak mau dituduh macam-macam," ucap Sahara, dikutip TribunJakarta.com dari YouTube Cumi cumi, pada Jumat (3/10/2025).

"Dia kan memvideo mulu ya, tapi saya malah di-framing sebagai playing victim, padahal di video itu jelas siapa yang playing victim," imbuhnya.

Meski begitu, Sahara mengakui dirinya melakukan dua kesalahan fatal, yakni pertama berkata kasar terhadap Yai Mim dan istrinya Rosida Vignezvari.

Kedua berperilaku yang menyakiti hati Yai Mim dan istrinya.

"Saya punya dua kesalahan yang saya anggap fatal, yang pertama saya memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada Yai Mim dan Nyai Rosidah terhadap perkataan saya yang kasar, dan intonasi saya yang tinggi," ucap Sahara.

"Dan perilaku saya yang tidak berkenan di hati mereka, sehingga menimpulkan masalah besar seperti saat ini," imbuhnya.

Yai Mim Tolak Mediasi

Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat mengupayakan perdamaian kedua pihak yang berseteru.

Ia pun berjanji merencanakan mediasi antara Yai Mim dan Nurul Sahara.

Yai Mim lalu menanggapi hal tersebut, dengan tegas ia menolak ajakan mediasi dari Wahyu Hidayat.

"Saya dilaporkan oleh Ibu Suhara (Sahara), ini artinya Ibu Suhara sudah menabuh genderang perang," ucap Yai Mim, pada Rabu (1/10/2025).

"Saya pun mempersiapkan pasukan, yaitu menunjuk Panglima Perang saya yaitu Agustian Anggi Siagian dan kawan-kawan sebagai Panglima Perang untuk menabuh genderang perang pula,"

"Artinya apa, kalau sudah saling menabuh genderang perang, maka jangan ada yang mundur alias tidak ada mediasi lagi Pak Wali,"

"Jadi biarkan kami perang, Pak Wali harus melihat sebagai penonton saja," imbuhnya.

Yai Mim meminta Wahyu Hidayat hanya menjadi penonton yang adil dalam konflik dirinya dengan Sahara.

Ia mengaku siap dipenjara apabila terbukti bersalah seperti yang dituduhkan Sahara.

Namun apabila dirinya benar dan tak melakukan hal yang ditudukan Sahara, Yai Mim berharap tetangganya itu menerimanya dengan lapang dada.

"Sebagai penonton yang baik, nanti yang menang kita apresiasi, yang kalah ya supaya jadi pelajaran," kata Yai Mim.

"Kalau saya kalah atau saya salah, saya siap masuk penjara, tapi jika menang juga harus diakui sebagai pemenang dan lawannya masuk penjara, misalnya begitu Pak Wali,"

"Jadi kalau sudah genderang perang saling ditabuh, jangan ada yang mundur," imbuhnya.

Menurut Yai Mim jika dirinya memilih mediasi lalu berdamai dengan Sahara, dirinya hanya akan menyakiti hati para pendukungnya.

Yai Mim juga berpesan kepada Sahara untuk tetap meneruskan laporannya ke polisi dan jangan mundur.

"Kalau saya mundur, akhirnya terjadi perang saudara, artinya apa, saya ganti perang dengan pendukung saya," kata Yai Mim.

"Demikian pula Ibu Suhara, jangan mundur, kalau sampai mundur, sampai akan diperangi oleh pendukungnya,"

"Gak percaya coba, maka saya tidak akan mundur ini, saya harapkan jenengan juga tidak mundur,"

"Sampai titik darah penghabisan, target orang perang adalah jangan kalah, kalah atau mati, itu perang namanya,"

"Kalaupun kita kalah, kita harus mampu mengambil pelajaran kenapa kalah sehingga menjadi menang,"

"Kalau seandainya kita belum menang, kenapa kita gak menang, berarti kita strateginya diganti. Lalu menyerang lagi untuk menang, itu prinsip perang Indonesia, mempelajari daripada manuskrip atau cara perang atau filosofi perang Majapahit," imbuhnya.

Baca berita TribunJakarta.com lainnya di Google News atau langsung di halaman Indeks Berita

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved