Bukan Cuma Soal Harga, Ini Kata Pemburu Thrifting di Tengah Wacana Larangan Menteri Purbaya
Para pemburu thrifting turut menanggapi terkait wacana Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa melarang impor pakaian bekas.
Penulis: Elga Hikari Putra | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
TRIBUNJAKARTA.COM, SENEN - Para pemburu thrifting turut menanggapi terkait wacana Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa melarang impor pakaian bekas.
Menurut mereka, membeli barang thrifting bukan sekadar karena soal harga yang jauh lebih murah.
"Kalau bisa sih tetap ada thrifting karena ini kan sudah dari dulu dan tergantung minat pembeli," kata Febri (35) yang tengah berburu thrifting di Pasar Senen Blok III, Jakarta Pusat, Sabtu (1/11/2025).
Febri mengatakan, dirinya memang senang berburu thrifting. Ada yang untuk dipakainya sendiri, tapi terkadang juga untuk ia jual kembali melalui online.
Ia mengaku sejauh ini lebih nyaman mengenakan pakaian thrifting ketimbang pakaian produksi lokal dengan harga yang sama.
"Kalau saya kan dari dulu emang belanjanya thrifting, lebih murah, lebih oke aja dan dipakainya itu enak, kualitas ga gampang rusak," kata dia.
Hal senada disampaikan Lutfi (27). Selain soal harga, dirinya membeli thrifting karena ada kenikmatan tersendiri saat bisa mendapatkan barang yang bagus.
"Serunya itu pas lagi nguliknya. Apalagi kalau bisa nawar sampai harganya tuh sesuai yang kita mau. Ada kepuasan tersendiri aja daripada beli di toko biasa," katanya.
Ia pun tak sependapat dengan tudingan bahwa mengenakan pakaian thrifting berdampak pada kesehatan.
"Kan kalau kita beli ya kita cuci. Jadi ya enggak khawatir kalau soal itu (penyakit)," kata dia.
Stok Menipis
Sementara itu, pedagang thrifting Pasar Senen, kini tengah cemas seiring wacana larangan dari Menteri Purbaya.
Pasalnya, mereka mulai sulit mendapatkan stok pakaian impor yang menjadi sumber utama dagangan mereka.
“Sekarang stok makin sedikit. Dua bulan terakhir sudah mulai susah karena ada penindakan dari Dirjen Pajak," kata Koordinator pedagang thrifting Pasar Senen, Rifai Silalahi ditemui di Pasar Senen Blok III, Sabtu (1/11/2025).
Rifai mengatakan, mayoritas pakaian impor bekas ini dikirim dari Korea dan Jepang.
Namun, dengan kian sulitnya mendapatkan stok dagangan, para pedagang saat ini hanya menjual stok yang tersisa.
Rifai memperkirakan stok milik pedagang hanya akan bertahan hingga akhir Desember 2025.
“Kalau ditambah lagi larangan dari Menkeu, paling lama stok cuma bertahan sampai bulan depan,” ujar Rifai.
Masih Ramai
Pantauan TribunJakarta.com di lokasi, suasana lantai dua di Pasar Senen Blok III yang menjadi pusat thrifting masih cukup ramai pengunjung.
Barang yang mereka tawarkan pun bervariasi mulai dari Rp 10 ribu sampai ratusan ribu tergantung jenis barang yang dijual.
Berita Terkait
- Baca juga: Wacana Purbaya Bikin Pedagang Thrifting Pasar Senen Menjerit, Stok Hanya Sisa Sebulan
 - Baca juga: Tolak Larangan Menkeu Purbaya, Pedagang Thrifting Pasar Senen Minta Audiensi dengan DPR
 - Baca juga: Menkeu Purbaya soal Korupsi: "Yang Jujur Saya Lindungi Habis-habisan, Tapi yang Miring Jangan Harap"
 - Baca berita TribunJakarta.com lainnya di Google News atau langsung di halaman Indeks Berita
 
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jakarta/foto/bank/originals/BERBURU-THRIFTING-Febri-salah-satu-pengunjung-di-Pasar-Senen-Blok-III-Jakarta-Pusat.jpg)
                
												      	
												      	
				
			
											
											
											
											
											
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.