Ledakan di SMAN 72 Jakarta

TERBONGKAR Peledak yang Dibawa Terduga Pelaku SMAN 72 Jakarta, Kehidupan di Luar Sekolah Disorot

Kasus ledakan di SMAN 72 Jakarta menyeret terduga pelaku berinisial F, kini Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri mengungkap fakta baru.

|
Editor: Wahyu Septiana
TribunJakarta.com/Gerald Leonardo Agustino
SOSOK PELAKU LEDAKAN - Tim Gegana Korps Brimob Polri diterjunkan ke lokasi ledakan di Masjid SMAN 72 Jakarta, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Jumat (7/11/2025). Sosok terduga pelaku ledakan di SMAN 72 Jakarta, Kelapa Gading, Jakarta Utara dibongkar saksi mata. (TRIBUNJAKARTA.COM/GERALD LEONARDO AGUSTINO). 

"Tapi memang kayaknya motifnya sakit hati kalau yang saya lihat, memang ada kelainan gitu, kan bisa dikatakan dia broken home juga karena orang tuanya berpisah," kata Danny dikutip dari Tribunnews.

Selama orangtuanya berpisah, F tumbuh sebagai sosok yang jauh dari hangatnya pelukan ibu.

Data pada Posko Pelayanan Polda Metro Jaya untuk korban ledakan SMAN 72 di RS Islam Cempaka Putih, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Sabtu (8/11/2025). TRIBUNJAKARTA.COM/BIMA PUTRA
Data pada Posko Pelayanan Polda Metro Jaya untuk korban ledakan SMAN 72 di RS Islam Cempaka Putih, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Sabtu (8/11/2025). TRIBUNJAKARTA.COM/BIMA PUTRA (TRIBUNJAKARTA.COM/BIMA PUTRA)

Hal ini karena sang ibu juga tidak berada di Indonesia melainkan bekerja sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di luar negeri.

"Ibunya yang saya dapat informasi dari temen temen kerja ayahnya sih kerja di luar negeri atau apa. TKW mungkin kali ya. Tapi kalau negara mana saya kurang paham," ucapnya.

Sosok yang Tertutup sejak masuk SMA

Seperti hal yang diungkapkan siswa rekan sekolahnya, F juga dikenal sebagai sosok yang tertutup.

Tak pernah sekalipun F ikut kegiatan dengan anak-akan sebayanya yang tinggal di komplek perumahan tersebut.

Bahkan kegiatannya bisa dikatakan monoton yakni keluar rumah untuk pergi sekolah, pulang dan berdiam diri di kamarnya yang tak terlalu besar itu.

F disebut hanya bersosialiasi ketika dirinya hendak makan saja. Selebihnya, ia lebih memilih untuk mengurung diri di kamar dengan laptop dan handphonenya dan asyik dengan dunianya sendiri di dunia maya.

"Sama juga di rumah tidak pernah berinteraksi dengan anak-anak sebayanya di sini ya, dengan pegawai di rumah juga, sesama yang tinggal di sana juga sangat jarang berkomunikasi," ungkapnya.

Bahkan, pemilik rumah yang merupakan bos ayahnya F pun bercerita kepada Danny jika dirinya tak pernah ditegur ketika berpapasan dengan anak pegawainya tersebut. 

Perubahan sikap itu, disebut Danny, sangat terasa ketika ia menginjak masa SMA.

Padahal, saat F masih menimba ilmu di jenjang SMP, ia dikenal sebagai anak yang ceria dan mudah bergaul.

Tak sedikit teman sekolahnya yang sering diajak main ke rumahnya untuk belajar kelompok saat itu.

"Waktu SMP di sini, menurut dari anak pegawai (rekan kerja ayah F) yang sudah dewasa, dia sering ke rumah banyak temennya, belajar kelompok, masih sering. Dulu banyak temannya. Tapi setelah balik lagi ke sana SMA nya itu mulai nggak ada temen. Enggak ada interaksi dan lain-lain," tutur Danny.

Meski begitu, F tidak pernah mempunyai catatan buruk di lingkungan rumahnya. Ia tak pernah membuat masalah apalagi sikap menyimpang selama tinggal di komplek perumahan itu.

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved