Ledakan di SMAN 72 Jakarta

Kasus Ledakan di SMAN 72, Kenneth DPRD DKI: Guru Harus Rangkul Siswa untuk Cegah Perilaku Menyimpang

Kenneth menyampaikan keprihatinan mendalam atas peristiwa ledakan yang diduga dilakukan oleh salah satu siswa di SMAN 72 Jakarta. 

Penulis: Elga Hikari Putra | Editor: Wahyu Septiana
TRIBUNJAKARTA.COM/ELGA PUTRA
LEDAKAN SMAN 72 - Anggota DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PDI Perjuangan, Hardiyanto Kenneth turut menanggapi insiden ledakan di SMAN 72 Jakarta. 

TRIBUNJAKARTA.COM - Terduga pelaku ledakan di SMAN 72 Jakarta, yang berstatus anak berhadapan dengan hukum (ABH), masih menjalani perawatan intensif di rumah sakit. 

Setelah menjalani operasi di bagian kepala, kondisi pelaku dilaporkan sudah sadar namun belum stabil. Diketahui terduga pelaku merupakan salah satu siswa di sekolah tersebut. 

Menanggapi hal tersebut, Anggota DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PDI Perjuangan, Hardiyanto Kenneth menyampaikan keprihatinan mendalam atas peristiwa ledakan yang diduga dilakukan oleh salah satu siswa di SMAN 72 Jakarta

Kejadian ini dinilai sebagai tamparan keras bagi dunia pendidikan di DKI Jakarta dan menjadi alarm serius bagi seluruh pihak, terutama lembaga pendidikan, guru, dan Dinas Pendidikan DKI Jakarta.

"Kejadian ini merupakan tamparan keras bagi dunia pendidikan di DKI Jakarta. Akhirnya kita semua sadar bahwa anak-anak kita bukan hanya perlu diajarkan akademik, tetapi juga harus dibimbing dan dibina karakternya," ujar Kenneth, Selasa (11/11/2025).

Menurutnya, pendidikan sejatinya bukan sekadar tentang nilai, tetapi bagaimana membentuk pribadi yang beretika, bertanggung jawab, dan memiliki empati.

Anggota Komisi C DPRD DKI Jakarta itu menilai, kasus ini harus dijadikan pelajaran bersama bahwa pendekatan humanis dan pembinaan karakter di lingkungan sekolah sangat penting untuk mencegah munculnya perilaku menyimpang di kalangan pelajar. 

Menurutnya, guru harus bisa menjadi sosok yang lebih dekat dan merangkul murid, bukan sekadar pengajar di ruang kelas.

"Guru harus bisa menjadi teman dan panutan. Anak-anak kita butuh sosok yang bisa mendengar keluh kesah mereka, memahami masalah mereka, dan mengarahkan mereka ke hal yang positif. 

Jika hubungan emosional antara guru dan murid terbangun dengan baik, potensi terjadinya hal-hal seperti ini bisa diminimalisir," lanjut Kepala BAGUNA DPD PDI Perjuangan DKI Jakarta itu.

Lebih lanjut, pria yang akrab disapa Bang Kent itu mendesak Dinas Pendidikan DKI Jakarta agar tidak tinggal diam dan segera melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem pembinaan di sekolah-sekolah.

Ia mendorong Dinas Pendidikan menyusun dan menerapkan kurikulum pembinaan karakter yang lebih kuat, terukur, dan relevan dengan tantangan zaman saat ini.

"Kejadian seperti ini tidak boleh diabaikan. Dinas Pendidikan DKI Jakarta harus benar-benar peduli dan turun tangan langsung. 

Buatkan kurikulum pembinaan karakter yang mampu menanamkan nilai-nilai moral, empati sosial, serta tanggung jawab pribadi kepada siswa. Ini bukan lagi sekedar tambahan kegiatan, tetapi harus menjadi inti dari proses pendidikan," ujar Ketua IKAL (Ikatan Keluarga Alumni Lemhannas RI) PPRA Angkatan LXII itu.

Menurutnya, pembentukan karakter siswa harus menjadi tanggung jawab bersama antara sekolah, orang tua, dan pemerintah daerah. 

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved