Jakarta Diklaim Kota Bahagia, Tapi Angka Depresinya Tinggi, Kok Bisa?

Angka depresi di Jakarta tercatat lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional, tapi Jakarta diklaim kota bahagia.

TribunJakarta.com/Dionisius Arya Bima Suci
Staf Khusus Gubernur DKI Jakarta Bidang Komunikasi Publik, Cyril Raoul Hakim alias Chico Hakim, menyebut tekanan hidup di ibu kota menjadi pemicu utama tingginya angka depresi. Namun urvei global Time Out 2025 justru menempatkan Jakarta sebagai kota bahagia peringkat 18 dunia.  

TRIBUNJAKARTA.COM, GAMBIR - Angka depresi di Jakarta tercatat lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional, memicu perhatian serius Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta. 

Data Kementerian Kesehatan menunjukkan, 1,5 persen penduduk Jakarta usia di atas 15 tahun mengalami depresi.

Staf Khusus Gubernur DKI Jakarta Bidang Komunikasi Publik, Cyril Raoul Hakim alias Chico Hakim, menyebut tekanan hidup di ibu kota menjadi pemicu utama tingginya angka tersebut.

“Angka ini mengingatkan kita bahwa tekanan kehidupan di ibu kota memang nyata. Kami terus bekerja keras untuk menekan angka tersebut,” ucapnya, Senin (24/11/2025).

Perluas Layanan Kesehatan Mental Gratis

Untuk merespons persoalan tersebut, Pemprov DKI memperkuat berbagai program layanan kesehatan mental. 

Salah satunya JakCare, layanan konsultasi psikologis gratis 24 jam yang bisa diakses lewat nomor 0800-150-0119 dan aplikasi JAKI.

Selain itu, warga juga bisa memanfaatkan skrining kesehatan jiwa gratis melalui program Cek Kesehatan Gratis (CKG) di puskesmas maupun posyandu.

Menurut Chico, kedua layanan itu telah menjangkau ratusan ribu warga Jakarta dan menjadi pintu awal deteksi dini persoalan kesehatan mental.

“Kami terus tingkatkan akses dan kurangi stigma. Jakarta yang bahagia bukan cuma slogan, tapi kondisi ketika setiap warganya merasa didengar dan didukung,” ujarnya.

Edukasi hingga Penguatan Psikolog 

Pemprov DKI juga menggencarkan edukasi kesehatan mental di sekolah dan komunitas. 

Penguatan tenaga psikolog klinis di puskesmas tingkat kecamatan dilakukan agar layanan dapat menjangkau lebih banyak warga.

Upaya ini, kata Chico, penting mengingat besarnya tantangan mental warga yang harus berhadapan dengan tekanan ekonomi, sosial, hingga lingkungan hidup yang serba cepat.

Jakarta Dinilai Kota Bahagia

Di tengah tingginya angka depresi, survei global Time Out 2025 justru menempatkan Jakarta sebagai kota bahagia peringkat 18 dunia. 

Penilaian itu berdasarkan kuliner, ruang terbuka hijau, keramahan warga, hingga maraknya hiburan.

Namun Chico menegaskan bahwa predikat tersebut tidak berkaitan langsung dengan tingkat depresi masyarakat.

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Baca Juga
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved