KONTRAS Beda Sikap Gubernur Jakarta & Jabar Saat Tangani Demo: KDM Temui Pendemo, Mas Pram Hati-hati
Sikap dua pemimpin atau Gubernur di Jakarta dan Jawa Barat berbeda saat menghadapi aksi demonstrasi yang berlangsung ricuh besar.
TRIBUNJAKARTA.COM - Sikap dua pemimpin atau Gubernur di Jakarta dan Jawa Barat berbeda saat menghadapi aksi demonstrasi yang berlangsung ricuh besar beberapa waktu lalu di masing-masing wilayahnya.
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi alias KDM memilih turun langsung menemui para pendemo untuk mendengar aspirasi mereka.
Sementara Gubernur Jakarta Pramono Anung, mengambil langkah lebih hati-hati dengan mempertimbangkan situasi keamanan.
Perbedaan pendekatan ini dinilai mencerminkan gaya kepemimpinan masing-masing, sekaligus membuka ruang diskusi mengenai strategi terbaik pemerintah daerah dalam merespons dinamika aksi massa di lapangan.
KDM Temui Massa Pendemo
Sosok KDM alias Dedi Mulyadi tampak berani menemui langsung pengunjuk rasa di depan Gedung DPRD Jawa Barat, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat (29/8/2025).
Dikutip dari TribunJabar, pengunjuk rasa berusaha membakar gedung DPRD Jabar menggunakan bom molotov.
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi datang menemui pengunjuk rasa untuk meredakan ketegangan.
Dengan wajah belepotan diduga pasta gigi, sebagai antisipasi gas air mata aparat.
Pengunjuk rasa menyambut kehadirannya dengan riang gembira.
"Bapak aing, bapak aing," demikian seruan demonstran, seperti dikutip pada postingan video di akun Instagram Dedi Mulyadi.
Ketika menemui pengunjuk rasa, Dedi meminta untuk tidak menyentuh Gedung Sate, yang berjarak tak lebih dari 300 meter dari Gedung DPRD Jabar.
"Saya minta jangan menyentuh gedung sate," demikian Dedi menyampaikan harapannya.
Gedung Sate diketahui sebagai kantor Gubernur Jawa Barat dan pusat pemerintahan Provinsi Jawa Barat.
Gedung tersebut memiliki Museum Gedung Sate yang berisi informasi sejarah dan fasilitas untuk acara-acara pemerintahan atau budaya.
Massa aksi mengungkapkan keinginan mereka untuk menduduki Gedung DPRD Jabar pada Dedi Mulyadi.
Kondisi yang tidak kondusif membuat Dedi Mulyadi dibawa ke rumah dinas Sekretaris Daerah (Sekda) Jabar di Jalan Ariajipang.
Hingga pukul 21.45 WIB, sejumlah massa aksi masih bertahan di lokasi unjuk rasa, tepatnya di area depan Gedung DPRD Jabar.
Situasi di lokasi pun nampak rusuh, massa aksi terus melakukan perusakan dan pembakaran fasilitas umum.
Polisi beberapa kali menembakkan gas air mata ke arah kerumunan massa, namun upaya itu tidak membuat massa membubarkan diri.
Sementara itu, pos polisi di Jalan Diponegoro, Kota Bandung dibakar massa saat aksi unjuk rasa di Gedung DPRD Jabar hingga menyebabkan kondisinya rusak parah.
Selama aksi unjuk rasa, sejumlah ruas jalan seperti Jalan Tamansari, Ir Djuanda, Trunojoyo, dan Jalan Diponegoro mengalami kemacetan yang parah hingga kendaraan terutama roda empat mengular panjang.
Sementara itu sebagian pendemo sudah mulai ada yang membubarkan diri, dengan berjalan kaki menuju ke Jalan Tamansari dan berkumpul di Kampus Unisba.
Aksi ini dilakukan mahasiswa, pelajar dan pengemudi ojek online sebagai solidaritas atas meninggalnya Affan Kurniawan (21), pengemudi ojek online yang meninggal dunia setelah dilindas Rantis Brimob saat aksi unjuk rasa di Jakarta, Kamis (28/8/2025).
Mas Pram Hati-hati dan Empati
Kondisi berbeda dilakukan Pramono Anung dalam menangani permasalahan pendemo di Jakarta.
Dikutip dari Wartakota, Pramono lebih memilih cara yang lebih Hati-hati sembari memantau kondisi di lapangan.
Pengamat Politik Citra Institut, Effriza menerangkan, Pramono memilih berhati-hati dalam bersikap selama demo berlangsung pekan lalu.
"Sebab Pramono punya pengalaman sebagai legislator dan sebagai pembantu presiden, ia juga telah bekerja di level nasional dan daerah, jadi ia memahami eskalasi konflik," kata Effriza, Senin (1/9/2025).
Effriza menilai, Pramono juga memahami pemerintahan dan geopolitik dengan detail, seperti Jakarta itu masih pusatnya pemerintahan dan wajah ibu kota negara, serta demonstrasi bagian dari demokrasi.
Tuntutan masyarakat yang menjadi kemarahan karena perilaku, ucapan, sikap dari legislator yang tak berempati terhadap rakyat.
"Juga ditambah dengan peristiwa terjadinya driver ojol "dilindas" sehingga sikap kehati-hatiannya lebih dipilih oleh Pramono," tegasnya.
Effriza melanjutkan, selain takziah ke rumah Affan Kurniawan, Pramono juga menyatakan Pemprov DKI akan menanggung biaya rumah sakit para pendemo yang terluka.
Menurutnya, sikap yang tegas diambil Pramono juga ada seperti ketika ia merintahkan SKPD dari seluruh jajaran yang ada di Balai Kota untuk bersiap-siap menghadapi berbagai kemungkinan.
"Jadi sikap Pramono sebagai pemilik rumah sebagai gubernur, memilih membuka pintu untuk demonstrasi, tetapi dengan menjaga warga DKI Jakarta," terangnya.
Effriza menambahkan, Pramono diyakini juga dilema menentukan pilihan tersebut. Jika ia mencoba berperan aktif untuk mengawal aspirasi publik serta turut menyampaikan aspirasi ke DPR dikhawatirkan akan menjadi blunder.
Kemudian, apabila Pramono mencoba menjembatani kepentingan masyarakat dengan aparat maka akan berdampak buruk bagi Pemprov DKI.
"Sebab publik sedang marah dan kecewa terhadap para pejabat negara, kemarahan ini jika dipilih sikap reaktif dengan melakukan tindakan aktif dengan posisi tidak netral misalnya, maka represivitas demonstrasi akan semakin berlebihan," ungkapnya.
Sehingga, Pramono diyakini saking dilemanya, lebih memilih sikap ketidakhadirannya dalam bersikap tegas kecuali berupa himbauan dan menjaga kondisi warga dan pemerintahannya semata.
"Meski pilihan Pramono adalah bertindak pasif dalam keputusan, konsekuensinya menjadikan seolah kota Jakarta terkesan tanpa adanya pemimpin karena ekslasi konflik semakin meningkat dan mengular ke daerah-daerah," tuturnya.
Effriza menegaskan, pilihan Pramono masuk akal daripada Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi dan Sultan Hamengkubowono X yang bersikap tegas, responsif, dan hadir langsung dikerumunan massa untuk meredam gejolak.
"Jadi dilema Pramono masih dapat dimaklumi, karena konflik tersebut berada di Jakarta yang masih merupakan ibu kota, jika salah bersikap maka malah akan semakin menyala," imbuhnya.
(TribunJakarta/TribunJabar/Wartakota)
Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel https://whatsapp.com/channel/0029VaS7FULG8l5BWvKXDa0f.
Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.