Wali Kota Malang Diminta Jadi Penonton, Yai Mim Lanjutkan 'Perang' dengan Sahara
Dalam pernyataan terbarunya, Yai Mim meminta Wali Kota Malang, Maulana Malik Ibrahim, untuk tidak ikut campur dalam konflik mereka.
TRIBUNJAKARTA.COM - Perseteruan antara Imam Muslimin atau Kiai Imim (Yai Mim) dengan tetangganya, Nurul Sahara kian memanas.
Dalam pernyataan terbarunya, Yai Mim meminta Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat, untuk tidak ikut campur dalam konflik mereka.
"Kalau sudah saling menabuh genderang perang maka jangan ada yang mundur alias tidak ada mediasi lagi Pak Wali, jadi biarkan kami perang. Pak Wali harus melihat sebagai penonton saja. sebagai penonton yang baik, nanti yang menang kita apresiasi yang kalah semoga jd pelajaran kenapa anda kalah," kata Yai Mim, seperti dikutip dari Instagram resminya pada Rabu (1/10/2025).
Yai Mim mengaku mengambil prinsip dari perang Majapahit.
Pasukan Majapahit selalu menyerang habis-habisan tanpa mengenal gencatan senjata.
Bahkan, Yai Mim telah menunjuk "Panglima Perangnya" bernama Agustian Anggi Siagian untuk menghadapi kasus hukum yang menimpanya.
Pemicu perang yang memanas itu, kata Yai Mim, laporan Sahara ke pihak berwajib.
Hal itu dinilai merupakan tanda bahwa Sahara yang menabuh genderang perang terlebih dahulu.
"Kalau saya kalah atau saya salah, saya siap masuk penjara alias, tapi kalau menang ya kudu diakui," lanjutnya.
Menurutnya, tidak ada kata damai ketika genderang perang sudah saling ditabuhkan.
Sebab, jika salah satu pihak mundur, justru berpotensi memicu konflik lanjutan antar pendukung mereka.
"Jadi, kalau sudah genderang perang ditabuh jangan ada yang mundur. Kenapa? Ya kalau saya yang mundur, akhirnya terjadi perang saudara, artinya apa? Saya ganti perang dengan pendukung saya. Demikian pula ibu Sahara, jangan mundur kalau sampeyan mundur, sampeyan akan diperangi oleh pendukung sampeyan," pungkasnya.
Dipuji Dedi Mulyadi
Eks dosen UIN Malang, Yai Mim, menuai sorotan setelah terlibat konflik dengan tetangganya, Sahara.
Di tengah tudingan dan serangan yang mengarah kepadanya, Yai Mim justru mendapatkan pujian dari Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.
Saat bertemu dan berbincang dengan Kang Dedi Mulyadi atau KDM, Yai Mim menjelaskan tafsir unik soal musyarokah.
Konsep musyarokah ia kaitkan dengan konsep hidup berdampingan bersama alam.
Menurut Yai Mim, istilah musyrik sering dipahami dengan negatif.
Padahal, kata itu bisa dimaknai sebagai kebersamaan atau kerja sama dalam menjaga ciptaan sang pencipta, Allah SWT.
"Kang Dedi, itu ajarannya kan itu yang musyrik-musyrik lah. Saya justru kalau ada pohon besar, orang-orang tak ajak musyrik dulu untuk apa? Untuk musyarokah, itu artinya kerja sama," jelasnya seperti dikutip dari Instagram Dedi Mulyadi pada Rabu (1/10/2025).

"Jadi, musyrik itu apa? Memelihara kepada sesuatu, misalnya pohon itu besar, lalu kita pelihara, kita obong-obong, kita jaga kita kasih supaya dia mengeluarkan oksigen, kita memelihara pohon, dia memberikan perlindungan pada kita. Namanya musyarokah. Syirik, musyarokah menuju Allah," tambahnya.
Penjelasan Yai Mim, yang merupakan mantan dosen Filsafat Tasawuf tersebut, mendapatkan pujian dari Dedi Mulyadi melalui unggahan di Instagram.
KDM tampak mengapresiasi cara pandang Yai Mim yang penuh makna.
"Waduh ini Pak Yai, malah nge-fans sama berandalan kayak saya. Tafsir musyarokah-nya keren banget dan semoga menambah wawasan netizen sekalian," tulisnya.
Dedi menambahkan bahwa istilah musyarokah bisa dimaknai seakar dengan diksi 'masyarakat' bermakna kebersamaan dalam komunitas.
"Betapa kita hidup dalam komunitas manusia dan komunitas alam, baik yang kasat mata maupun tidak kasat mata. Duh pagi-pagi malah kuliah shorof dan ma'ani," pungkasnya.
Awal perseteruan
Perseteruan antara mantan dosen UIN Malang, Imam Muslimin atau akrab disapa Yai Mim, dengan tetangganya yang juga pemilik usaha rental mobil, Nurul Sahara, terus menjadi sorotan publik.
Kasus ini bikin heboh di media sosial setelah Sahara melontarkan berbagai tuduhan terhadap Yai Mim, mulai dari pelecehan seksual sampai perusakan mobil rental.
Akibat tudingan tersebut, Yai Mim sempat dinonaktifkan dari jabatannya sebagai dosen di UIN Malang.
Bahkan pada 22 September 2025, ia bersama keluarganya diusir dari rumah oleh aparat setempat.
Klarifikasi Yai Mim
Yai Mim buka suara setelah berbagai tudingan yang mengarah kepadanya.
Dalam klarifikasi yang disampaikan melalui akun media sosial istrinya, Rosida Vignesvari dan juga saat hadir di kanal YouTube Sumargo Denny, Yai Mim menegaskan seluruh tudingan Sahara tidak berdasar dan tidak benar.
Akar persoalan itu berawal dari tanah miliknya yang digunakan Sahara untuk kandang kambing dan parkir mobil rental.
Yai Mim menegaskan tidak pernah melakukan blokade jalan, apalagi pencabulan seperti yang dituduhkan.
"RT, RW, dan warga hanya mendengar keterangan sepihak dari Sahara. Tidak pernah ada mediasi resmi," ujar Yai Mim.
Yai Mim mengisahkan kejadian yang membuat dirinya difitnah.

Saat istrinya sedang berhaji, Sahara datang ke rumah membawa makanan dan mengunci pintu.
Melihat tindakan Sahara, Yai Mim menegur agar pintu dibuka. Namun, situasi berujung ricuh hingga dirinya malah dituduh cabul.
"Anaknya Nurul Sahara, namanya Sepim, masih kecil, suka main ke rumah saya. Karena dia sering main, ibunya (Sahara) ikut masuk sambil membawa makanan," kata Yai Mim.
Yai Mim menuturkan, Sahara bahkan menawarkan nasi kepadanya. Namun ia menolak karena sudah makan dari masakan istrinya, Rosidah.
"Dia bilang, ‘tapi ini lebih enak Kyai, saya jamin masakannya enak, saya sendiri yang masak.’ Lalu dia masuk, taruh nasi ke dalam, terus ngunci pintu," tutur Yai Mim.
Merasa tidak nyaman, Yai Mim langsung menegur.
"Saya bilang, ‘Mbak jangan dikunci dong, istri saya lagi nggak ada di rumah. 'Dia bilang,' biar Sepim anaknya nggak keluar,'"lanjutnya.
Setelah itu, Yai Mim naik ke lantai tiga untuk mencuci baju. Saat sedang mencuci hanya dengan celana pendek, Sahara tiba-tiba naik dan berteriak.
"Dia langsung bilang, 'woi Pak Kyai cabul!' Saya kaget banget, apalagi saya pakai celana pendek mau nyuci. Dari bawah juga terdengar suara suami Nurul Sahara, Pak Sofyan, dia manggil anaknya Sepim, suaranya keras," cerita Yai Mim.
"Saya kaget dituduh seperti itu. Padahal saya hanya sedang mencuci baju di lantai tiga," jelasnya.
Ia pun segera lari ke balkon rumah sebelah dan melakukan aktivitas lain untuk menghindari hal-hal yang bisa memperkeruh keadaan.
Saat ini, perseteruan keduanya telah berlanjut ke ranah hukum.
Berita Update
- Baca juga: Lurah Bongkar Konflik Yai Mim Vs Sahara, Berujung Saling Lapor, Polisi Bereaksi
- Baca juga: Yai Mim Diserang Nurul Sahara hingga Dituduh Dosen Cabul, Kondisi Beda Disorot Bikin KDM Terpukau
- Baca juga: Heboh! Yai Mim Diserang Sahara, Tapi Justru Dipuji Dedi Mulyadi Soal Musyarokah: Keren Banget
Baca berita TribunJakarta.com lainnya di Google News atau langsung di halaman Indeks Berita
Yai Mim Sambut 'Genderang Perang' dari Sahara, Beri Pesan untuk Wali Kota Malang: Tak Ada Mediasi |
![]() |
---|
Lurah Bongkar Konflik Yai Mim Vs Sahara, Berujung Saling Lapor, Polisi Bereaksi |
![]() |
---|
Yai Mim 'Diserang' Nurul Sahara hingga Dituduh Dosen Cabul, Kondisi Beda Disorot Bikin KDM Terpukau |
![]() |
---|
Bukan Sengketa Tanah, Yai Mim Ungkap Awal Perseteruan, Sahara Cuek Meski Ada Tulisan Peringatan |
![]() |
---|
Cerita Yai Mim ke Dedi Mulyadi Sengaja Tersungkur Saat Cekcok dengan Sahara: Biar Gak Struk |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.