Tanggapi Cekcok Bulog vs Kemendag Soal Impor Beras, Fahri Hamzah: Jangan Main-main Soal Perut Rakyat

Fahri Hamzah turut menanggapi ramainya cekcok Bulog dan Kemendag terkait beras impor. Ia menegaskan jangan main-main soal perut rakyat

Penulis: Erlina Fury Santika | Editor: Erik Sinaga
Twitter/@kawanFH
Fahri Hamzah saat mengunjungi tenda korban gempa di Lombok Utara, Rabu (8/8/2018). 

TRIBUNJAKARTA.COM - Wakil DPR Ri Fahri Hamzah turut menanggapi ramainya polemik gudang dan beras impor antara Badan Urusan Logistik (Bulog) dan Kementrian Perdagangan.

Diketahui, Kepala Bulog Budi Waseso atau yang akrab disapa Buwas menolak impor beras lantaran gudang penyimpanan sudah penuh.

Buwas bahkan sempat 'menyemprot' Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita lantaran pernyataannya yang menyebut penuhnya gudang untuk menampung beras bukan urusan Kementrian Perdagangan.

Fahri Hamzah, melalui akun Twitternya @Fahrihamzah, pada Kamis (20/9/2018) turut menanggapi hal tersebut dengan mempertanyakan cara Kemendag menentukan besaran cadangan pangan pemerintah.

"Sebelum tidur, Gak bisa tidur mikirin permainan #ImportBeras oleh #MafiaImport yg katanya sudah jera. Saya twit menjawab pertanyaan bahwa jika Bulog dalam menentukan besaran cadangan pangan pemerintah berdasarkan penyerapan gabah petani. Kalau kemendag dengan apa ya?" tulis Fahri Hamzah.

Ia menegaskan, persoalan beras bukan hanya sekadar produk pertanian, tapi juga komoditas politik.

Sebab, politik kebijakan beras selalu menjadi isu laten jelang pemilu.

"Tapi satu hal yg harus dicatat tebal, sejarah mengajarkan bahwa beras sejak era kerajaan hingga era republik bukan hanya sekedar produk pertanian, tapi ia juga stabilisator politik kekuasaan. Beras beras adalah soal politik dan daya tahan, stamina rakyat dan kekuasaan," paparnya.

"Oleh karenanya beras tidak hanya komoditas ekonomi tapi juga komoditas politik, politik kebijakan beras selalu menjadi isu laten jelang pemilu, ruang abu abu impor ada pada krn adanya kewajiban cadangan pangan pemerintah. Baik pusat maupun daerah, disinilah data dimainkan," sambungnya.

Lebih lanjut, terkait impor beras Fahri Hamzah menerangkan dalam UU syarat impor pangan diizinkan apabila produksi nasional dan cadangan pangan pemerintah kurang.

Iapun mempertanyakan produksi dan cadangan pangan pemerintah saat ini.

Elite PKS Sebut Sandiaga Ulama, Fahri Hamzah: Dia Itu Tajir, Pedagang, Bukan Ulama

Ani Yudhoyono Bicara Hingga Tudingan Fahri Hamzah, KPK Dalang Penyebab Kasus Century Muncul Lagi

Bawaslu Dukung Tandai Eks Koruptor di Surat Suara, Fahri Hamzah Samakan dengan Kasus Eks Tapol 65

"UU mempersyaratkan impor pangan diizinkan apabila kecukupan produksi nasional dan cadangan pangan pemerintah kurang, Problemnya apakah produksi dan cadangan pangan pemerintah surplus atau minus? di pihak pemerintah sendiri data tak pernah padu. #MafiaImport," jelas Fahri Hamzah.

Ia melihat adanya perbedaan keputusan antara Kementan, Bulog dan Kemendag.

"Terjadi perbedaan antara kementan, bulog dengan kemendag, menteri yg bertugas menjaga produksi, otoritas yg bertugas sebagai pembeli dr hasil produksi masyarakat, dan menteri yg berdagang padahal sebetulnya bertugas dengan pertimbangan kepentingan nasional," ungkapnya.

Di samping itu, Fahri Hamzah menjelaskan masalah pangan membawa pengaruh bagi pertahanan negara.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved