Pemilu 2019
Demi Pemilu 2019, Syukur Sampai Tak Bisa Jenguk Anaknya yang Dirawat Karena DBD
Kesibukan Syukur juga diprotes satu cucunya yang masih kecil dan tinggal bersamanya, sang cucu ogah tidur sebelum ia tiba di rumah
Penulis: Bima Putra | Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra
TRIBUNJAKARTA.COM, CIRACAS - Syukur (68) bukan sekedar pria gaek biasa, dia merupakan Ketua Panitia Pemungutan Suara (PPS) Kelurahan Kelapa Dua Wetan dan kini terlibat dalam rekapitulasi suara Pemilu 2019 tingkat Kecamatan Ciracas.
Setiap harinya, Syukur mondar-mandir dari kediamannya di RW 12 Kelurahan Kelapa Dua Wetan ke GOR PKP Ciracas tempat rekapitulasi suara yang dimulai pukul 08.30 WIB hingga 22.30 WIB digelar.
Meski memiliki niat tulus jadi penyelenggara Pemilu 2019 sejak lama, Syukur tak melulu mengecap bahagia menjalankan rutinitas yang sesuai hasratnya.
"Waktu logistik sampai kelurahan anak saya masuk rumah sakit, dia sakit DBD (Demam Berdarah Dengue). Dia masih tinggal satu rumah saya, tapi lima hari saya enggak nengok dia di rumah sakit," kata Syukur di GOR PKP, Senin (22/4/2019).
Meski nyawa anaknya selamat dari penyakit DBD yang sudah merenggut dua warga Jakarta Timur, sang anak sempat marah kepada Syukur.
Pria yang pernah ikut memperebutkan kursi anggota DPRD Provinsi DKI Jakarta pada Pileg 2004 mengaku maklum dengan amarah anaknya karena dia terlambat menjenguk.
"Habis bagaimana, ini (tugas ketua KPPS) enggak bisa ditinggal. Dalam pakta integritas KPPS mementingkan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi," ujarnya.
Kesibukan Syukur juga diprotes satu cucunya yang masih kecil dan tinggal bersamanya, sang cucu ogah tidur sebelum ia tiba di rumah dan bermain bersama.
• Hadapi Ceres Negros di SUGBK, Pelatih Persija Jakarta Ingin Balas Kekalahan
• 22 TPS di Kota Tangerang Adakan Pemungutan Suara Ulang
• Setumpuk Fakta PSU di Bekasi dan Tangerang, Partisipasi Turun hingga Prabowo-Sandi Menang Jauh
Sang cucu yang masih berumur 2,5 tahun bahkan harus menunggu lebih lama karena rekapitulasi suara tingkat Kecamatan Ciracas berpeluang mencapai pukul 23.30 WIB atau lewat dari ketetapan waktu.
"Cucu saya dua, yang masih kecil enggak mau tidur kalau saya belum datang. Jadi dia nungguin saya pulang, ini cucu dari bapaknya yang sakit DBD. Karena lagi rekapitulasi saya terpaksa pulang malam terus," tuturnya.
Saat ditanya alasan jadi PPS, Syukur mengaku hanya ingin berguna bagi negara di usia senjanya karena merasa selama ini kurang memberikan sumbangsih.
Khusus untuk Kecamatan Ciracas, dia berharap rekapitulasi suara berjalan mulus seusai target yang ditentukan KPU RI, yakni beres pada Sabtu (4/5/2019) mendatang agar tak menganggu rekapitulasi suara tingkat kota.
"Ya mumpung masih bisa dipakai masyarakat. Saya ini sudah tua, apalagi yang bisa saya berikan untuk negara ini kalau enggak jadi PPS. Mudah-mudahan bisa berguna buat negara," lanjut Syukur.