Hanya Mendengar dari Media, Zaadit Mengaku Belum Pernah ke Asmat

Dalam acara yang juga dihadiri Ketua BEM lima kampus lain, Zaadit mengakui dirinya tidak pernah ke Asmat, hanya membaca dan mendengar dari media.

Editor: Erik Sinaga
twitter
Mantan Ketua BEM UI Fuad yang sudah berada di Asmat, beda dengan Zaadit yang hanya mendengar dari media saja 

TRIBUNJAKARTA.COM- Aksi Ketua BEM UI Zaadit Taqwa memberi 'kartu kuning' nya kepada Presiden Jokowi diangkat Mata Najwa yang ditayangkan satu tv swasta, Rabu (7/2/2018) malam.

Dalam acara yang juga dihadiri Ketua BEM lima kampus lain, Zaadit mengakui dirinya tidak pernah ke Asmat, hanya membaca dan mendengar dari media.

Baca: Amien Rais: Saya Kasih Kartu Merah Untuk Jokowi Agar Dikeluarkan dari Lapangan Demokrasi

Hal ini terungkap setelah mantan aktivis yang kini jadi anggota DPR RI, Adian Napitupulu memaparkan model pergerakan yang dilakukan mereka yakni tinggal bersama rakyat 'live in'.

''Kalau Zaadit tinggal bersama rakyat, merasakan dan mendengarkan langsung penderitaan rakyat, baru bicara, maka legitimasinya moralnya kuat,'' kata Adian.

''Kalau Zaadit sudah dari Asmat, lalu bicara, maka ...''.

Berbeda dengan Zaadit yang tidak pernah ke Asmat dan hanya mendengar dari media, seniornya, mantan Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (BEM FIB UI) 2016, Muhammad Agus Fuad, menuai pujian warganet.

Baca: Langgar UU Imigrasi, Dua Pelawak Indonesia Dipenjara di Hongkong

Belakangan baru diketahui Zaadit baru memulai pengalangan dana di sebuah situs donasi online.

Di sisi berbeda, beberapa kampus telah mengirimkan bantuan kesehatan ke Asmat.

Sebelum heboh kasus Zaadit, terlebih dahulu telah meluncur bantuan dari Universitas Gajah Mada (UGM), Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) dan Universitas Hasanudin (Unhas).

Jokowi sempat berencana mengirimkan Zaadit beserta anggota BEM UI ke Asmat tapi tawaran itu ditolak mentah-mentah.

Berbeda cara aksi yang dilakukan Zaadit, mantan Ketua BEM FIB UI Muhammad Agus Fuad malah terlebih dahulu sampai ke Asmat.

Baca: Nekat Melintasi Trotoar, Pemotor Ini Tabrak Anak Kecil

Hal ini seperti yang dikabarkan pemilik akun Twitter Syarifah, Senin (5/2/2018).

"Yang ada di foto ini adalah mantan Ketua BEM FIB UI yang sudah sampai di Asmat, Agats.

Namanya Muhammad Agus Fuad. Alhamdulilah, tergabung dalam Tim Peduli Kemanusiaan Lazisnu NU Care" tweet akun tersebut.

Fuad diketahui berada di Asmat sekak 25 Januari hingga 1 Februari 2018.

Fuad ke Asmat ditugaskan oleh Nahdlatul Ulama (NU) yang tergabung dalam tim Peduli Kemanusiaan untuk Asmat.

Seminggu sebelum keberangkat ke Asmat, Fuad dan kawan-kawan harus menjalani vaksin campak dan minum obat anti malaria.

Seperti dilansir dari situ resmi NU Jabar, Rabu (7/2/2018), Fuad bersama tim lokal juga mengumpulkan 300 anak untuk menjalani screening dengan dokter unyuk mendapatkan vitamin, susu, dan biskuit.

Untuk memonitoring anak-anak ini NU Peduli Kemanusiaan Bersama tim lokal mendirikan rumah gizi.

Rumah gizi yang diberi nama CEM GIZI ini menjadi tempat anak-anak diberikan asupan gizi lebih.

Melalui kolom tweet Syarifah, netizen memuji aksi Fuad.

Tanpa kartu kuning, Fuad langsung memberikan aksi nyata.

Baca: Malam-malam, Jokowi Jalan Kaki dari Hotel Untuk Menyantap Mie Rebus

@GretaAyu: "Mantan Ketua Terlihat jauh lebih Bijak dan lebih sigap dibanding Ketua yg sekarang ya."

@RONAL1978: "Pantes gabung sama NU yang jelas jelas ikut langsung memajukan bangsa Tanpa embel embel"

Wilson_toha24: "Sosok sperti ini yg harus d tauladani oleh ketua Bem Ui saat ini jgn hanya cari sensasi belaka"

Sebelumnya, Tim yang tergabung dalam Disaster Response Unit (DERU) UGM dikirim ke Agats, Kabupaten Asmat, Provinsi Papua, untuk membantu penanganan masalah gizi buruk.

Tim DERU UGM ini bertugas dari tanggal 23 Januari hingga 29 Januari 2018. SS

Selama perjalanan, tim ini harus berhadapan dengan ombak yang kondisinya tidak dapat diprediksi untuk bisa sampai ke Agats.

Kapal yang ditumpangi tujuh orang anggota tim terpaksa harus memilih untuk tidak melanjutkan perjalanan malam ke Agats karena kondisi ombak sangat besar.

Nakhoda kapal menyarankan kepada tim yang terdiri dari dokter, perawat, dan peneliti UGM ini untuk singgah sementara di sebuah pulau tidak berpenghuni.

Sembari menunggu ombak kembali normal, malam itu beberapa anggota tim memanfaatkan untuk beristirahat. Ada yang memilih tidur di kapal dan ada pula yang membuat tenda.

Posisi tenda pun tidak jauh dari kapal. Sebab, di pulau yang masih terdapat hutan bakau tersebut banyak hewan liar seperti buaya.

Kesesokan harinya, ombak lebih bersahabat dari sebelumnya. Tak ingin membuang waktu, tim DERU kembali melanjutkan perjalanan menuju Agats. Setelah melakukan perjalanan panjang di atas kapal, akhirnya pada Jumat (26/01/2018) tim ini tiba di tujuan.

"Tanggal 26 Januari kami tiba di Agats. Kira-kira kami menempuh 22 jam hingga sampai ke Agats," ujar Rachmawan Budiarto, salah satu anggota tim DERU UGM, Senin (5/2/2018).

Sesampainya di Agats, semua anggota tim lantas berpencar guna membantu penanganan KLB gizi buruk dan campak. Sebelumnya, mereka berkoordinasi dengan pemkab setempat, Kemenkes, dan TNI dalam penanganan masalah gizi buruk dan berbagai dampaknya.

"Para perawat dan dokter langsung terjun membantu penanganan pasien anak yang terkena kurang gizi," ucapnya.

Tim DERU UGM juga memetakan berbagai persoalan lain yang dihadapi warga Asmat, dari persoalan layanan kesehatan, infrastruktur, teknologi, hingga kondisi sosial budaya.

Rachmawan menyampaikan, dari 23 distrik yang ada di Asmat, hanya dua distrik yang terjangkau oleh PLN. Distrik yang tidak terjangkau PLN untuk sementara masih menggunakan genset.

Melihat kondisi itu, peneliti dari pusat studi energi UGM melakukan pemasangan panel surya di puskesmas distrik Sawaerma. Tim harus menempuh perjalanan 50 menit dari Agats menuju Sawaerma dengan menggunakan speed boat.

"Kami memasang sistem panel surya 200 Wp di Puskesmas Sawaerma karena belum ada listrik PLN di sana. Pemasangan panel surya ini guna menunjang operasional layanan kesehatan," tuturnya.

Menurut Rachmawan, sejak ada kasus KLB gizi buruk dan korban meninggal akibat campak, program kegawatdaruratan yang dilaksanakan antar-kementerian, pemkab, serta unsur TNI dan Polri cukup berjalan efektif.

Hanya saja, Rachmawan menyampaikan, diperlukan upaya tindak lanjut untuk mengatasi persoalan kasus gizi buruk di Asmat. Di sana, akses layanan kesehatan sangat terbatas. Moda transportasi yang ada juga membuat warga sulit menjangkau layanan kesehatan.

"Dari 23 distrik, hanya ada 16 distrik yang memiliki puskesmas. Dari 16, baru Lima puskesmas yang memiliki tenaga dokter," bebernya.

Persoalan lain yang dipetakan oleh tim UGM, lanjutnya, yakni kondisi tempat tinggal warga Asmat yang mayoritas berada di daerah rawa. Selain itu, warga juga menggunakan sumber air minum dari air hujan sehingga menyebabkan kondisi sanitasi lingkungan yang cukup memprihatinkan.

Tim DERU UGM
Tim DERU UGM saat memasang panel surya di puskesmas distrik Sawaerma. (Foto Dokumentasi UGM)

Rachmawan mengungkapkan, UGM Yogyakarta juga akan mengirimkan mahasiswanya dalam program Kuliah Kerja Nyata (KKN) beserta tim gabungan lain ke Kecamatan Agats, Kabupaten Asmat, Provinsi Papua. Program ini akan diberangkatkan pada akhir Maret nanti.

KKN yang dikirimkan ini sekaligus menindaklanjuti misi awal tim DERU UGM pada 23 Januari hingga 29 Januari 2018 lalu.

Salah satu anggota tim medis DERU UGM, Hendro Wartatmo, menuturkan, anak-anak yang menjadi korban meninggal akibat campak disebabkan menderita kurang gizi.

"Kurang gizi menyebabkan infeksi campak dan infeksi lain sebab saat kurang gizi akan menurunkan daya tahan tubuh," ujar Hendro.

Kasus kurang gizi bukan hanya terjadi dalam 2-3 minggu, melainkan bisa terjadi dalam waktu yang cukup lama sehingga menimbulkan banyak korban.

Mengatasi kasus gizi buruk tidak bisa dilakukan dengan program pemenuhan logistik semata, tetapi ditindaklanjuti dengan program selanjutnya, dari sisi layanan kesehatan, infrastruktur, dan sosial budaya masyarakatnya. (TRIBUN MEDAN)

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved