9 Tahun Warga di Kampung Ini Tak Bisa Tidur Nyenyak dan Takut Mandi, Cemas Gunung Sinabung Meletus

Tidak kurang 9 tahun belakangan ini mereka tidak bisa nyenyak tidur khawatir adanya erupsi besar.

Tribunnews
Gunung Sinabung. 

Setiap debu vulkanik Gunung Sinabung menerjang lahan pertanian, lanjutnya, warga terpaksa tidak bercocok tanam selama satu bulan. Apalagi, tanaman padi, tomat, jagung, bawang serta sayuran dipastikan mati.

Kemarin, Selasa (20/2/2018) siang, Tribun Medan/Tribun-Medan.com berkeliling ke beberapa kecamatan yang tertutup debu vulkanik.

Tapi, ketika sedang melintas di Desa Payung, Kecamatan Payung tiba-tiba dua orang pemuda yang mengendarai sepeda motor menyapa.

Selanjutnya, dua pemuda itu, memohon agar menilik Desa Selandi Lama yang tertutup debu vulkanik.

Ada 120 kepala keluarga (KK) tidak bisa beraktivitas lantaran lahan pertanian sudah hancur.

Bahkan, mereka tidak direlokasi ke tempat yang baru.

Gunung Sinabung menyemburkan material vulkanik ketika erupsi, di Karo, Sumatera Utara, Senin (19/2/2018). Gunung Sinabung erupsi dengan tinggi kolom 5.000 meter
Gunung Sinabung menyemburkan material vulkanik ketika erupsi, di Karo, Sumatera Utara, Senin (19/2/2018). Gunung Sinabung erupsi dengan tinggi kolom 5.000 meter (HAND OUT/ANTO SEMBIRING FOR TRIBUN MEDAN)

“Mas, tolong-lah liput kami dan melihat langsung kondisi desa. Kami tidak direlokasi dan tak dianggap sama Pemerintah. Padahal, desa kami berjarak 3,5 kilometer dari Gunung Sinabung. Kami hidup menderita terkena debu vulkanik," cetus seorang pemuda bermasker dan bertutup wajah pakai sarung.

Pemuda itu berujar, sebelum bertemu Tribun-Medan, ada puluhan warga melayangkan protes di Kantor Camat Payung.

Mereka kesal, tidak ada kepedulian dari Pemkab Karo untuk menyiram debu yang menutupi rumah dan perkampungan.

"Kami barusan mendatangi kantor Camat Payung untuk protes. Enggak ada peduli Pemerintah sama kami. Mas datang dulu melihat langsung desa kami," katanya melanjutkan pembicaraan.

Usai mendengar penjelasan itu, Tribun Medan bergegas menuju Desa Selandi Lama yang berjarak tidak kurang dua kilometer dari jalan besar.

Tidak gampang menuju perkampungan itu karena jarak pandang minim.

Lebih lanjut, badan jalan kecil, dan berliku-liku, pengendara melewati jalan yang meliuk-liuk serta berbatasan dengan sungai serta jurang.

Karena itu, laju kendaraan tidak bisa kencang serta butuh kewaspadaan.

Selama berkeliling di Desa Selandi Baru, Tribun Medan didampingi dua warga Arman Bangun (48) dan Pardin Sembiring (42).

Sumber: Tribun Medan
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved