Tinggal di Gubuk Berlubang Tanpa Listrik, Rosul dan Simah Cemas Jika Banjir Datang
Di dalam gubuk bambu berukuran sekitar 4x5 meter tinggallah suami istri Rosul (55) dan Simah (40) menghabiskan masa tuanya.
"Kalau banjir takut, suka takut roboh juga, kami paling mengungsi di dapur," cerita Simah.
Hari demi hari mereka menjalani hidup berdua karena belum dikaruniai anak.
Sehari-harinya, Rosul berprofesi sebagai nelayan yang mencari kepiting tapi tak saban minggu berangkat.
Selama 24 jam melaut, Rosul mendapat untung Rp 200 ribu.
"Saya tidak mempunyai perahu, biasanya sewa. Jadi tidak bisa berangkat setiap hari juga," beber Rosul.
Jika tak melaut, Rosul memanfaatkan waktunya mencari kayu bakar.
Sementara Simah, bekerja sebagai buruh cuci tak jarang juga menjadi tukang pijat.
Jika sedang beruntung, uang sebesar Rp 20 ribu bisa ia dapatkan dalam setiap kali mencucikan pakaian orang lain.
"Upah segitu biasanya sudah upah yang paling besar," kata Simah menceritakan nasibnya.
Rosul-Simah sudah menikah sekitar 10 tahun.
Sebelum membangun gubuk itu, Rosul-Simah tinggal di rumah saudaranya.
Keduanya tidak ingin merepotkan, sehingga memutuskan membangun gubuk tersebut dengan uang seadanya.
Meski begitu, keduanya mengaku mendapatkan bantuan dari warga sekitar untuk membangun gubuk itu.