Nenek Adawiyah Kerap Kelaparan dan Basah Kuyup Kala Hujan

Untuk makan sehari-hari, nenek yang sudah tak mampu bekerja itu memang hanya berharap belas kasih warga.

Kompas.Com
Cerita nenek penghuni gubuk 1x1,5 meter yang kerap basah kuyup karena kehujanan.(KOMPAS.com) 

Saat cuaca panas pada siang hari lantaran atap rumahnya hanya sejengkal di atas kepalanya, Adawiyah terpaksa keluar rumah mencari angin segar sambil berteduh di bawah pohon pisang atau pohon apa saja di sekitar rumahnya.

Di sekitar gubuk reok miliknya ini terdapat tempat mandi berukuran kecil yang hanya ditutup dengan kain sobek. 

Saat perut keroncongan karena lapar, nenek Adawiah hanya memasak makanan ala kadarnya jika persedian beras di gubuknya masih ada.

Beberapa tahun lalu, warga yang berempati dengan kondisi nenek miskin sebatangkara ini membangunkan gubuk dari barang-barang bekas.

Baca: Tangan Pria Ini Dipotong Pacarnya Dengan Pedang, Penyebabnya Sungguh Sepele

Agar Adawiah bisa memasak, warga membagunkan dapur kecil dari susunan batu bata yang diletakkan di bawah gubuk miliknya.

Adawiyah tampak gembira saat sejumlah dermawan dan penggiat sosial pagi kemarin ini mendatangi gubuknya.

Adawiyah tampak lega saat menerima pemberian beras dari dermawan itu.

Meski hanya makan nasi dan mi instan hari itu, Adawiyah tampak bersykur mendapatkan bantuan.

Menurut warga sekitar, nenek Adawiyah sejak lama mengalami depresi akibat tekanan hidup yang dideritanya. 

Baca: Menyambut Nyepi Pemuda Lombok Ini Siap Berperang

Meski pemerintah telah mengucurkan beragam program bantuan untuk warga kurang mampu dan mengalami masalah sosial, nenek Adawiyah justru luput dari bantuan sosial yang seharusnya ia dapatkan.

Adawiyah mengaku memang pernah mendapatkan bantuan beras raskin, tetapi tidak rutin dan ala kadarnya

Nenek rentah ini juga tak mendapat jaminan kesehatan BPJS atau Kartu Indonesia Sehat yang seharusnya menjadi haknya.

“Saya tinggal sudah bertahun tahun, saya tidak senang tingal sama keluarga karena sering dimarahi. Saya biasa diberikan beras sama keluarga atau tetangga. Saya tidak punya KK atau KTP. Saya tidak pernah dapat bantuan,” kata Adawiyah dalam bahasa lakal mandar.

Sumber: Kompas.com
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved