Susi: Jadi Menteri Sudah Luar Biasa, Ini kata Mahfud, Jimly dan Abraham Samad Jadi Cawapres Jokowi
"Itu mimpi di siang hari. Saya lulusan SMP jadi menteri saja sudah luar biasa. Masa bermimpi mau jadi cawapresnya Jokowi," kata Susi
Penulis: Erik Sinaga | Editor: Erik Sinaga
Dia sukses juga selama memimpin Mahkamah Konstitusi. Pada Pilpres tahun 2014, nama Mahfud sangat sering dibincangkan. Namun dia kemudian merapat ke pemenangan pasangan calon Prabowo Subianto dan Hatta Radasa.
Kini, nama pria asal Madura itu semakin bergaung. Dia bahkan disebut-sebut bersedia menjadi calon wakil presiden mendampingi Joko Widodo.
"Soal saya karena saya katakan tidak ingin, tidak inginnya itu tidak aktif tetapi saya juga bukan tidak mau. Karena kalau tak mau itu diartikan sombong," kata Mahfud beberapa waktu lalu.
Nama Mahfud juga disebut cocok untuk mendampingi Prabowo Subianto. Namun, Mahfud kembali selalu memberikan jawaban yang multitafsir.
"Oleh sebab itu, kalau saya tidak bisa, tidak mau mengatakan bersedia atau tidak. Tetapi pada dasarnya berkali kali sudah saya katakan, saya tidak ingin aktif menanggapi itu, tidak juga tidak apa apa," tutur Mahfud saat dihubungi wartawan, Jumat (16/3/2018).
Yang pasti, menurut Mahfud, dalam membicarakan capres-cawapres, sangat bergantung kepada partai politik. Berdasarkan konstitusi, pasangan capres cawapres itu diajukan oleh partai politik peserta pemilu, baik sendirian maupun bersama sama yang mempunyai suara 20 persen.
"Kita semua harus hormati itu. Dan bagus aturan itu, karena bagaimanapun parpol itu adalah penyangga demokrasi, dan itu hak yang harus dihormati sepenuhnya," katanya.
Ia mengaku, belum ada pembicaraan formal dengan partai pengusung Joko Widodo atau Prabowo Subianto dengan dirinya terkait posisi cawapres.
Namun, ia mengaku sering bergurau dengan para petinggi parpol.
"Itu hanya bergurau saja, saling melempar bola. Misalnya, ada partai lain 'Nanti kami usung, ya' lalu kemudian 'Kamu ngusul saya, kamu minta apa?', kan itu namanya bergurau aja," kata Mahfud lagi.
Lagi pula, lanjut Mahfud, menjadi cawapres membutuhkan popularitas, elektabilitas dan logistik yang cukup.
3. Jimly Asshiddiqie

Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), Jimly Asshiddiqie, mengaku belum mendapatkan tawaran dari partai manapun untuk mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) maju dalam Pilpres 2019.
Jimly mengaku tidak ingin terlalu percaya diri atau gede rasa (GR) atas kabar tersebut.
Menurutnya hal tersebut masih jauh, mengingat dirinya juga tidak memiliki partai sebagai kendaraan politik.
"Belum, parpolnya saja masih sibuk masing-masing, koalisinya saja masih belum pasti, cuma tampaknya dua. Kita gak usah terlalu buru-buru, apalagi yang tidak punya partai, tidak usah GR, biasa saja," ujar Jimly di Kantor ICMI, Jln Proklamasi, Jakarta Pusat, Jumat (16/3/2018).