Inilah Lokasi Bassist Navicula dan Kekasihnya yang Kecelakaan di Gianyar
Basis band Navicula, I Made Indra, kecelakaan di Jalan Raya Sakah, tepatnya di selatan Patung Bayi Sakah, Gianyar, Sabtu (24/3/2018) dini hari.
Awalnya, Jero Mangku Ambara yang lebih akrab disapa Ida Bagus Balik ini enggan mempublikasikan bagaimana sejarah berdiri dan filosofi patung yang menyimbolkan Siwa Budha itu.
Namun, setelah menentukan hari baik dan tentunya persiapan yang matang, akhirnya ia bersedia membuka ke publik untuk mengobati rasa penasaran masyarakat Bali.
“Sejak dulu, banyak siswa, mahasiswa dan media yang meminta penjelasan kepada saya. Namun, saya tidak jelaskan karena untuk membuka sejarah dan filosofinya harus di hari yang tepat dan kepada orang yang tepat pula,” ujar Gus Balik kepada Tribun Bali di kediamannya, Desa Mas, Ubud, Gianyar, Jumat (20/2/2015).
Patung yang disimbolkan sebagai Sang Hyang Siwa Budha itu ternyata disebut Sang Hyang Brahma Lelare.
Ide untuk membangun patung itu berawal dari niat mantan Bupati Gianyar Cokorda Darana pada 1989.
Kala itu, Cokorda Darana mengajak sejumlah praktisi sejarah dan prajuru Desa Batuan untuk melaksanakan sangkep (rapat).
Tujuan rapat untuk membahas kehendak Bupati Darana untuk membuat patung di seluruh simpang tiga dan simpang empat yang ada di Kabupaten Gianyar.
“Kuncinya, adanya imbauan untuk membuat patung yang bisa dijadikan kebanggaan, sekali lagi yang menjadi kebanggaan. Pada saat itu diadakan rapat yang mengundang pakar-pakar sejarah untuk membahas patung apa yang akan dibangun,” ungkap Gus Balik sambil ditemani rintikan hujan yang mengguyur Gianyar kala itu.
Rapat pertama ternyata tidak menghasilkan keputusan.
Kebanyakan dari peserta rapat kala itu mengajukan ide untuk membangun patung wayang, dan patung Kapten I Wayan Dipta.
Menurut penjelasan Gus Balik, kalau patung wayang dan patung Kapten I Wayan Dipta, tidak akan menjadi kebanggaan masyarakat Bali khususnya di Gianyar.
Sebab, kata dia, di daerah lain dibangun patung pejuang dan wayang, maka patung yang akan dibuat itu tidak akan menjadi kebanggaan lagi bagi masyarakat Bali khususnya Gianyar.
Akhirnya, rapat kedua memutuskan membangun patung Sang Hyang Brahma Lelare itu.
Brahma Lelare adalah patung yang berwujud bayi.
Wujud bayi dipilih karena sesuai filosofi bahwa bayi adalah simbol kelahiran manusia di dunia.
