KPP Tangerang Timur Ramai, Juru Parkir Kena Untungnya Hendak Mengajak Cucu ke Restoran Cepat Saji
Pei (61) juru parkir KPP Tangerang Timur berkeinginan mengajak cucunya makan di restoran cepat saji.
Penulis: Ega Alfreda | Editor: Ilusi Insiroh
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Ega Alfreda
TRIBUNJAKARTA.COM, TANGERANG -- Ramai disambangi wajib pajak, Pei (61) juru parkir KPP Tangerang Timur berkeinginan mengajak cucunya makan di restoran cepat saji berlambang huruf 'M' tersebut.
Belakangan ini Kantor Pelayanan Pajak Tangerang Timur ramai disambangi masyarakat yang ingin melapor SPT pajak.
Hal ini berdampak positif bagi juru parkir sekitar KPP tersebut yang pasalnya banyak masyarakat yang membawa kendaraan pribadi.
Sehingga lahan parkir dipenuhi oleh kendaraan roda dua dan empat bahkan sampai keluar pekarangan kantor.
Baca: Setya Novanto Tenang Dengarkan Tuntutan Jaksa, Tapi Gelengkan Kepala Soal Ini
Pei salah seorang juru parkir disana ikut menikmati untungnya bahkan omzetnya sehari bisa menutupi omzet selama tiga hari.
Berangkat dari silsilah keluarga kurang mampu menyebabkan kakek umur 61 tahun itu masih harus bekerja keras dibawah teriknya matahari.
"Dari kemarin sampai hari ini perhari saya dapat untung Rp 600 ribu seharinya," beber Pei kepada TribunJakarta.com, Tangerang, Kamis (29/3/2018).
Pendapatannya tersebut belum dipotong setoran yang hanya Rp 12 ribu setiap hari Jumat.
Kakek bercucu delapan dari empat anaknya tersebut mengaku tidak pernah mengajak cucu-cucunya untuk menikmati makanan di restoran cepat saji berlogo M kuning tersebut.
Menurutnya ia ingin mengajak kedelapan cucunya untuk makan disana suatu hari nanti bila sudah terkumpul cukup uang.
"Ya pingin mas kasian mereka teman-temannya pada enak makannya mereka aja belum pernah kesana, nanti saya ajak kesana kalau sudah ada tabungan dari minggu ini," tambahnya.
Baca: Demi Helm Pengujung Agar Tak Kebasahan, Tukang Parkir Ini Rela Kehujanan, Netizen Mengapresiasi
Ia sendiri pun mengaku belum pernah menyantap ayam di restoran cepat saji itu dan ingin sekali menyantapnya selama masih bernafas.
Saat dijumpai TribunJakarta.com, Pei sedang menikmati secangkir kopi hitamnya sambil mengelap keringat menggunakan handuk yang ia gulung dilehernya.
Pei mengatakan dia tidak memberikan patokan harga parkir untuk motor.
"Tidak mematok, seikhlasnya saja ya dua ribu, lima ribu, bahkan ada yamg baya 10 ribu," pungkas Pei.
Pei berceletuk tidak mengharapkan bantuan dari siapa pun karena masih bisa bekerja dan berusaha sendiri untuk menghidupi serta membahagiakan cucunya.
Kakek yang bertempat tinggal di Pakuhaji itu tetap menyemangati keempat anaknya yang bekerja kasar seperti ayahnya.