Ternyata Tak Mudah Jadi Manusia Patung di Kota Tua
Namun, tahukah Anda kalau tak mudah untuk bisa menjadi manusia patung di Kawasan Kota Tua.
Penulis: Elga Hikari Putra | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Elga Hikari Putra
TRIBUNJAKARTA.COM, TAMAN SARI - Kalian tentu pernah melihat deretan manusia patung ketika mengunjungi Taman Museum Fatahillah, Taman Sari, Jakarta Barat.
Dari mulai karakter pahlawan nasional hingga noni Belanda terlihat di kawasan ini.
Namun, tahukah Anda kalau tak mudah untuk bisa menjadi manusia patung di Kawasan Kota Tua.
Baca: Fakta-fakta Penjelasan Ratna Sarumpaet Soal Mobil Diderek Dishub DKI: Klarifikasi, Somasi dan Meme
Pertama mereka harus menjalani seleksi dari pengelola Kota Tua tentang tokoh yang ingin mereka perankan sebagai manusia patung.
Seperti yang dilakukan Tamam (35) yang ditanyakan tentang profil dan sejarah dari Pangeran Diponegoro sebelum mendapat izin untuk memerankan tokoh tersebut.

"Iya ditanyain tuh pas seleksi. Ada tiga jurinya. Ditanyain tentang sejarah siapa itu Pangeran Diponegoro, terus kapan perang Diponegoro itu berlangsung," ucap Tamam ditemui TribunJakarta.com, Senin (9/4/2018).
Baca: Pesta Miras Oplosan Berujung Maut, 2 Tewas dan 4 Dirawat di RSUD Palabuhanratu
Beruntung Tamam berhasil melewati seleksi itu.
Setelahnya, barulah ia bisa mendapatkan izin sebagai pemeran Pangeran Diponegoro.
Meski begitu, Tamam tidak bisa setiap hari memerankan tokoh Pangeran Diponegoro.
Pasalnya, ia harus bergantian dengan orang lain yang juga memerankan tokoh tersebut.
Ia pun tak bisa berganti peran dengan tokoh lain karena ia sudah terdaftar sebagai manusia patung Pangeran Diponegoro
"Disini itu ada sistem pemain inti sama pemain cadangan. Nah saya ini cuma cadangan. Jadi bisa main disini kalau lagi yang intinya itu enggak ada," kata Tamam.
Sebagai pemain cadangan, Tamam hanya bisa menjadi manusia patung di tempat ini pada hari kerja.
Sedangkan pada hari libur jatahnya itu diambil oleh pemain inti.
"Itu sudah ada kesepakatan sebelumnya. Namanya pemain cadangan ya kita nurut aja. Padahal kan ramainya itu ya pas lagi hari libur," ungkap Tamam.
Berbeda dengan Tamam, Okta (20) yang memerankan noni Belanda merupakan pemain inti di kawasan Kota Tua.
Ia pun dapat menentukan sendiri kapan saja ia mau menjadi noni Belanda di tempat itu.
"Yang penting kita inget aja sama pemain cadangan kalau mereka juga butuh makan," kata Okta.