Hari Kartini
Nenek Tumini Sang Kartini Perkasa, Gali 500 Sumur Sampai Kepala Dihantam Bata, Ini Kisahnya
Meskpun demikian lanjutnya hal itu tidak lah menyurutkan niatnya untuk berhenti menjadi penggali sumur.
Selama menjadi penggali sumur, sambung Tumini, ia sering disangka laki-laki dan kerap kali di panggil orang dengan sebutan bapak, terkadang jengkel mendengarnya.
Baca: Usai Pesta Miras, Seorang Pria Tewas Ditabrak Mobil di Tambora
"Namun mereka saya diamkan saja, tapi pernah sekali dulu saat saya menggali sumur, saat saya lagi di bawah menggali sumur, tuan rumahnya mendekat, dan saat itu saya mengajak kernet saya yang laki-laki yang merupakan keponakan saya sendiri. Kemudian tuan rumah datang menanyakan saya, dan keponakan saya berteriak memanggil saya bibi. Mendengar hal tersebut spontan bapak yang punya rumah tersebut terkejut dan bilang saya kira tadi bapak- bapak, karena baru tahu kalau saya perempuan." ceritanya.
Baca: 2 Pelaku Prostitusi Online Jalani Hukum Cambuk di Halaman Masjid Lueng Bata
Selama menggali sumur Tumini beberapa kali mengalami kecelakaan saat bekerja, bahkan ia pernah mengalami pecah kepala karena dihantam batu bata yang jatuh dari ember setinggi 12 meter, ketiban adukan semen dan sebagainya.
"Ini kepala saya masih penyok, tapi alhamdulillah Allah masih menyelamatkan nyawa saya," ujar nenek yang rambutnya sudah memutih.
Meskpun demikian lanjutnya hal itu tidak lah menyurutkan niatnya untuk berhenti menjadi penggali sumur.
Sumur terdalam yang pernah digali sekitar 12.5 meter, tapi kalau mendalami sumur itu juga sering ada yang pernah minta dari 6 meter minta di dalami menjadi 20 meter.
Selain sumur, ia juga sering membuatkan septic tank, ngedam rumah, bangunan, dan lain-lain.
Selama menggali sumur, ia pernah menemukan patung gajah belalainya terpotong setelah diperiksa ternyata itu emas murni.
Ada juga menemukan boneka, tapi diambil oleh yang punya rumah, dan ketika ia minta tidak dikasih, bahkan mau melihat saja juga tidak boleh padahal ia yang menemukannya.
Diusianya yang sudah senja, selain menyelesaikan rumahnya, ia ingin motor sampah sendiri dan berniat ingin umroh, namun tidak ada biayanya.
"Pensiunan suami saya cuma terima Rp 150 ribu lagi sebulan, karena ia ambil bank untuk bangun rumah. Rumahnya juga ia kerjakan sendiri," ujarnya. (sripoku.com/Ardani Zuhri)
Artikel ini telah tayang di sripoku.com dengan judul Nenek Tumini, Kartini Perkasa dari Muaraenim. Di Usia Senjanya Ini Keinginannya Belum Terwujud,