Surabaya Diteror Bom

Ledakan Bom Hingga UU Terorisme Belum Disahkan, Fadli Zon 'Tanya Aparat yang Tanggung Jawab'

"Saya tak terlibat dalam pansus, ada 30 orang anggota. Mayoritas ya partai pendukung pemerintah," imbuhnya.

Penulis: Kurniawati Hasjanah | Editor: Kurniawati Hasjanah
Kolase TribunJakarta.com
Fadli Zon 

TRIBUNJAKARTA.COM - Sosok Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon mendapatkan sebuah pertanyaan terkait kinerjanya dalam UU Terorisme hingga membuat terjadinya ledakan bom tiga gereja di Surabaya, Jawa Timur, Minggu (13/5/2018).

Pantauan TribunJakarta.com, netizen dengan akun @senirupa (Amir Sidharta) menanyakan pekerjaan Fadli Zon selama ini.

"Sekali lagi saya tanya kepada Fadli Zon @Fadlizon : sebagai anggota DPR bahkan Wakil Ketua DPR, kau kerja apa? Kok UU Terorisme yg bisa rampung 2017, belum juga disahkan?," tulis akun @senirupa.

Diketahui Amir Sidharta merupakan kurator museum asal Indonesia.

Dilansir TribunJakarta.com dari Wikipedia, sosoknya mengelola balai lelang SIDHartA Auctioneer selain juga menjadi kurator Museum Universitas Pelita Harapan.

Pameran yang telah digarapnya di antaranya pameran Tegang Bentang Perdebatan Pemikiran Dalam Perkembangan Arsitektur di Indonesia di Eramus Huis dan Pameran Mooi Indie Hingga Persagi di Museum Seni Rupa Jakarta, 1997.

Siapa sangka, cuitannya itu dibalas oleh Wakil Ketua DPR.

Fadli Zon mengatakan, sebaiknya sang penanya itu belajar terkait tata cara membuat undang-undang sehingga tak mempermalukan dirinya sendiri.

Baca: Relakan Diri Halangi Bom Hingga Tewas, Aloysius Bayu Aman dalam Dekapan KasihMu

"Ini dibuat bersama pemerintah, bola jg di pemerintah", paparnya.

()
() (Twitter)

Tak hanya itu, Ia mengungkapkan terdapat panitia khusus (pansus) terdiri semua partai.

"Mereka kaji termasuk peran Polri dan TNI dalam pemberantasan teroris," tungkasnya.

()
() (Twitter)

Lebih lanjut, Ia menyatakan UU anti teroris telah ada dan kini hanya revisi saja.

"Saya tak terlibat dalam pansus, ada 30 orang anggota. Mayoritas ya partai pendukung pemerintah," imbuhnya.

()
() (Twitter)

Menurutnya, aksi teroris yang terjadi kemarin tak ada hubungannya dengan UU anti teroris.

"Tanya aparat yg tanggung jawab kenapa bisa kebobolan, gitu lho," tegasnya.

Ia bahkan tampak geram kalau penanggulangan teroris itu gagal dan disalahkan pihak DPR.

Baca: Kerusuhan di Mako Brimob, Mantan Narapidana Teroris Ini Ungkap Cara Tersangka Menguasai Senjata

"Logikanya dimana? mudah-mudahan sekarang sudah lebih paham soal fungsi DPR ya," tukasnya.

Sontak saja, cuitannya itu mendapatkan ragam komentar dari warga net.

@deni_hermawanto: "Kan anggota DPR sekarang mayoritas kubu pemerintah, ngapain juga nyalahin kubu oposisi, nalar nya dimana, dulu saat MD3 kan beda komposisi, saat itu kubu pemerintah yg minoritas, hayo yg bikin lambat siapa sebenarnya"

@erman_liang: "Teroris itu gk mengenal negara lemah ato negara kuat..pemimpin lemah ato pemimpin kuat..buktiny negara seperti amerika serikat dan inggris serta prancis aj prnh kecolongan aksi teror.."

@lourencius: "Pertanyaan diliat coba, ini ttng UU anti teroris bukan penanggulangan dilapangan. Ente pikir aja. Semua juga kalo tau itu tugas polisi."

Sementara itu, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme saat ini masih terganjal di tahap pembahasan di DPR.

Dikutip Kompas.com, apabila mengacu pada aturan yang lama, polisi hanya bisa menindak teroris atau kelompoknya jika telah melakukan aksi.

"Kita harap RUU Terorisme yang sudah setahun belum diproses itu, petugas Polri bisa berwenang dalam upaya represif untuk preventif," ujar Kepala Divisi Humas Irjen Setyo Wasisto, di kompleks Mabes Polri, Jakarta, Minggu (13/5/2018).

Polri mendorong agar RUU tersebut segera disahkan menjadi undang-undang.

Sehingga polisi bisa mencegah aksi teroris dengan memproses hukum orang-orang yang diduga akan melakukan aksi teror, berdasarkan bukti yang ada.

Tim dari kepolisian mensterilkan area Gereja Pantekosta Pusat Surabaya Jemaat Sawahan, Jalan Arjuna Surabaya pasca ledakan pada Minggu (13/5/2018)
Tim dari kepolisian mensterilkan area Gereja Pantekosta Pusat Surabaya Jemaat Sawahan, Jalan Arjuna Surabaya pasca ledakan pada Minggu (13/5/2018) (TRIBUNJATIM.COM/AQWAMIT THORIQ)

Diketahui sebelumnya, terjadi sebuah ledakan di Gereja Katolik Santa Maria, Ngagel, Surabaya, Jawa Timur pada Minggu (13/5/2018) sekitar pukul 07.00 WIB.

Tak berhenti disitu, terdapat tiga titik lainnya yang meledak di gereja di Surabaya, Jawa Timur.

Data terkini korban bom tiga gereja di Surabaya sebanyak 14 orang meninggal, sementara puluhan lain luka-luka

Jumlah korban dari musibah yang terjadi terus bertambah.

Hingga pukul 20.30 WIB, Minggu (13/5/2018) malam, data di Polda Jatim menyebutkan, bahwa total korban serangan bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya mencapai 56 orang.

Rinciannya, 13 orang meninggal dunia dan 43 orang luka-luka dan saat ini dirawat di sejumlah rumah sakit di Surabaya.

Selain itu, ada juga korban hingga saat ini masih berada di lokasi kejadian.

"Khusus yang di lokasi kejadian, adalah korban yang meninggal. Ini semua demi kepentingan olah TKP," ujar Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Frans Barung Mangera, Minggu (15/5/2018) malam.

Namun, pada pukul 21.45 WIB, didapat kabar, bahwa korban yang sempat kritis bernama Nathanael yang dirawat di RS Bedah Surabaya, akhirnya meninggal dunia, Minggu (13/5/2018) malam.

Baca: Siapa Sangka Sebelum Tewas Halangi Pelaku Bom di Gereja, Ini Deretan Karya Fotografi Aloysius Bayu

Ini berarti, korban ledakan bom gereja di Surabaya yang meninggal dunia bertambah satu menjadi 14 orang.

Nathanael yang masih berusia 8 tahun ini merupakan adik dari Vincentcius Evan yang juga meninggal akibat diterjang bom yang meledak di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela di Ngagel.

Dengan begitu, dari total jumlah total 56 orang korban, 14 orang meninggal dunia dan 42 luka-luka. (TribunJakarta.com/Kurniawati Hasjanah)

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved