Setumpuk Fakta Kesaksian Sopir Truk Soal Pungli di Jalan Jakarta Utara
"Itu bermula dari minta Rp 500, Rp 2 ribu, atau kalau misalnya kira-kira sopirnya lemah dia bisa minta Rp 5 ribu atau malah dompet," kata dia.
Penulis: Gerald Leonardo Agustino | Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Gerald Leonardo Agustino
TRIBUNJAKARTA.COM, CILINCING - Maraknya pungutan liar (pungli) dan bajing loncat (bajilo) di jalanan sekitaran Jakarta Utara membuat para sopir truk trailer resah.
Pasalnya, para pelaku pungli dan bajilo tersebut pasti merigukan, baik dalam hal materi maupun keselamatan.
Sabtu (19/5/2018) kemarin, TribunJakarta.com berbincang bersama dua orang sopir truk trailer yang kesehariannya berkendara di sekitaran Jakarta Utara, tepatnya di sekitaran Cilincing sampai Tanjung Priok.
1. Titik rawan pungli di jalanan Jakarta Utara
Silaban (23) seorang sopir truk trailer dari PT Lamora mengatakan, titik paling rawan pungli dan bajilo ada di jalan raya arah Pelabuhan Tanjung Priok.
Pelaku yang sering ia jumpai di jalan pun berganti-ganti.
Baca: Polres Jakarta Utara Tangkap 83 Pelaku Pungli yang Sering Palak Sopir Truk
"Orangnya ganti-ganti sih kadang, jadi kita nggak tahu orang itu sudah lama atau nggak. Tapi pasti ada. Kalau yang paling parah di Priok doang," kata Silaban kepada TribunJakarta.com.
Pengalaman terpahitnya selama ini dalam hal bertemu pelaku pungli di jalan adalah ketika telepon genggamnya dicuri.
Pelaku pungli yang bergerombol tersebut memanfaatkan situasi macet saat meminta uang secara paksa kepadanya. Saat Silaban lengah, mereka langsung menyikat telepon genggamnya yang ada di dalam mobil.
"Saya juga sudah pernah ngalamin sih hape saya diambil. Ya posisinya macet satu orang pura-pura minta duit dari kanan (kaca sopir) taunya temannya tiga orang masuk dari kiri diambil hape saya," kata dia.
Selain Silaban, TribunJakarta.com juga menemui Feri Aritonang (41), seorang sopir truk trailer dari PT Sumihar.
Feri mengaku dirinya seringkali menemui pelaku pungli dan bajilo di beberapa titik di Jakarta Utara.
Baca: Bukan Senjata Tajam, Ini Andalan Sopir Truk Bekali Diri Lawan Pungli dan Bajing Loncat
"Jadi yang saya lihat itu memang anak-anak sepanjang Jalan Cacing (Jalan Raya Cakung Cilincing) atau Jalan Ancol (R. E. Martadinata) atau dari Jalan Yos Sudarso," kata dia.
Menurut Feri, para pelaku tersebut biasanya mengincar sopir truk trailer yang kelihatan lemah dalam artian masih muda.
Mereka melakukan aksinya secara bergerombol, membuat sopir truk trailer pasrah saat dihadang mereka di jalan.
2. Beda pelaku pungli dan bajilo
Selain itu, Feri juga menjelaskan perbedaan pelaku pungli dan bajilo menurut pengalamannya yang sudah puluhan tahun bekerja sebagai sopir truk trailer.
Menurutnya, pelaku pungli sudah berkeliaran di jalan raya sekitaran Jakarta Utara sejak puluhan tahun lalu.
"Itu bermula dari minta Rp 500, Rp 2 ribu, atau kalau misalnya kira-kira sopirnya lemah dia bisa minta Rp 5 ribu atau malah dompet," kata dia.
Sedangkan untuk bajilo, Feri mengatakan dirrinya kerap melihat pelakunya bergerombol.
Baca: Oknum Berseragam Kerap Kali Lakukan Pungli Terhadap Sopir Truk
Incaran mereka adalah besi apapun yang ada di truk. Besi tersebut nantinya akan mereka timbang di pengepul-pengepul besi untuk selanjutnya diuangkan menurut beratnya.
"Itu biasanya kalo bajilo itu bergerombol gitu, ambil rantai ambil perkakas lain semacam kunci roda," kata dia.
3. Oknum petugas berseragam juga pelaku pungli
Pelaku pungutan liar (pungli) terhadap sopir truk di wilayah Jakarta Utara ternyata bukan hanya pria-pria pengangguran saja, pria berseragam pun kerap kali melakukan pungli.
Diungkapkan Silaban, pelaku pungli berseragam yang pernah ia temui adalah petugas dari Patroli Jalan Raya (PJR) dan Dinas Perhubungan (Dishub).
"Ada pasti. Minta duit. Tergantung, kalo di jalan tol ada PJR, kalo di kawasan Dishub,"
Dirinya mengakui bahwa terkadang surat-surat terkait kendaraan yang ia bawa tidak selalu lengkap.
Namun, bukannya memproses, petugas Dishub yang pernah ia temui malah meminta uang sebagai 'jalan damai' dengan nilai Rp 50 ribu.
Baca: Cerita Sopir Truk Soal Pelaku Pungli dan Bajilo: Minta Rp 500, Rp 5 Ribu, Hingga Dompet
"Awalnya ditanyain surat-surat, ini kan angkutan nggak semuanya lengkap. Paling nanti ujung-ujungnya minta duit damai gitu lah. Biasanya gocap sih," kata Silaban.
Sementara itu, Feri menyebut para petugas yang sering melakukan pungli terhadap sopir truk trailer adalah oknum.
Menurutnya, lima tahun belakangan jumlah oknum tersebut sudah berkurang drastis. Dirinya sudah jarang menjumpai oknum-oknum tersebut belakangan ini.
"Memang terkadang ada, tapi untuk jaman sekarang sih kalau menurut saya mulai berkurang jauh dari 5 tahun sebelum sekarang," kata Feri.
"Yang namanya petugas polisi atau Dishub yang begitu mungkin ada aja sih, iseng. Oknum itu," sambung dia.
4. Pungli membebani upah sopir truk
Feri menambahkan, dalam satu kali perjalanan dari Cilincing ke arah Tanjung Priok, dirinya bisa mengeluarkan uang sampai Rp 30 ribu hanya untuk memberi pelaku pungli.
Padahal, dalam sekali jalan tersebut ia hanya mendapat upah Rp 100 ribu. Hal tersebut tentu merugikan dirinya.
"Dari Jalan Cacing (Cakung Cilincing) ke (Pelabuhan) Priok itu bisa sekitar Rp 30 ribu sekali jalan," kata dia.
Baca: 2 Pemuda Pelaku Pungli Kembali Ditangkap, Pihak Berwajib Terus Lakukan Pengawasan di Jakarta Utara
Terkait para pelaku pungli, Feri hanya bisa berharap pemerintah dan pihak terkait lainnya dapat memberantas atau membina mereka.
"Kan bisa itu anak-anak itu dikasih keterampilan ya. Jadi misalnya ditangkap doang percuma ya. Kalo dikasih keterampilan kan mungkin nanti dia bisa ke mana gitu," pungkas Feri.
5. Ini yang digunakan sopir untuk membela diri
Para sopir truk trailer juga sering menggunakan barang apapun yang ada di dalam truk mereka untuk membela diri.
Barang-barang yang sering para sopir gunakan untuk membela diri saat para pelaku pungli dan bajilo melakukan aksinya dengan kekerasan misalnya pipa besi atau kunci roda.
"Memang dari awal kita sudah disiapkan semacam pipa atau kunci roda sebagai alat untuk bertahan," kata Feri.
Baca: Wali Kota Jakarta Timur Minta ANS Jangan Lagi Menarik Pungli
Meskipun begitu, para sopir truk tersebut jarang ada yang membawa senjata tajam.
Biasanya, sopir truk trailer yang membekali diri dengan sajam adalah mereka yang pernah mengalami kekerasan fisik dari para pelaku pungli atau bajilo.
"Kalau untuk sajam bisa dibilang sedikit lah yang bawa. Tapi kalau udah mengalami itu biasanya si korban menjadikan sajam sebagai perbekalan," kata Feri.