Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jelaskan Alasan Beli Tong Sampah Modern Asal Jerman

Langkah ini diambil agar Jakarta sejajar dengan kota-kota maju dunia dalam layanan pengelolaan sampah.

Penulis: Wahyu Aji | Editor: Wahyu Aji
DOK.ISTIMEWA/DINAS LINGKUNGAN HIDUP DKI JAKARTA
Tempat sampah buatan Jerman yang dibeli Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta. 

TRIBUNJAKARTA.COM, KRAMATJATI -- Dinas Lingkungan Hidup Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membeli garbage bin atau tong sampah 660 liter untuk memodernisasi proses pengumpulan sampah di Ibu Kota.

Langkah ini diambil agar Jakarta sejajar dengan kota-kota maju dunia dalam layanan pengelolaan sampah.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, Isnawa Adji mengatakan, jika selama ini pola pengumpulan sampah dilakukan dengan cara tradisional, yaitu tukang gerobak mengumpulkan sampah dari permukiman, kemudian didumping di Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS).

Setelah itu, diangkat kembali ke truk sampah untuk dikirim ke TPST Bantargebang.

“Proses ini tidak efektif dan tidak efisien. Coba kita hitung berapa kali sampah itu naik turun untuk bongkar muat saja. Naik ke gerobak di masing-masing rumah, turun dari gerobak di TPS, naik ke truk sampah dan turun lagi di TPST Bantargebang, ” kata Adji kepada TribunJakarta.com, Senin (4/6/2018).

Adji memaparkan, pola pengumpulan sampah eksisting secara bertahap akan dipangkas.

Tempat sampah buatan Jerman yang tersimpan di Dipo Komplek Hankam, Palmerah, Jakarta Barat.
Tempat sampah buatan Jerman yang tersimpan di Dipo Komplek Hankam, Palmerah, Jakarta Barat. (ISTIMEWA/Dokumen Sudin LH Jakarta Barat)

Untuk jalur pengumpulan sampah yang sudah dilalui truk sampah jenis compactor atau truk sampah tertutup yang dilengkapi mesin press sampah, maka lokasi-lokasi tersebut akan disediakan garbage bin 660 liter ini.

Menurutnya warga di lokasi tersebut dapat meletakan sampah di Garbage Bin tersebut.

“Ilustrasinya satu orang di Jakarta rata-rata menghasilkan 2 sampai 3 liter sampah per hari. Satu Tong Sampah jenis ini dapat menampung sampah yang dihasilkan kira-kira 330 orang atau setara 70 Kepala keluarga. Ketika jadwal pengangkutan Garbage Bin, petugas dapat mendorong bin beroda ini ke lokasi truk compactor dan mengaitkan ke kait hidroliknya, maka sampah akan terangkat ke dalam truk compactor. Persis seperti di negara-negara maju,” kata Adji.

Sedangkan untuk jalur pengumpulan sampah yang masih menggunakan gerobak atau gerobak motor, maka Garbage Bin 660 liter ini diletakan di TPS.

"Lokasi-lokasi permukiman padat yang jalannya sempit dan tidak dapat dilayani oleh truk compactor atau truk besar lainnya, maka sampah dari rumah-rumah di lokasi tersebut dikumpulkan oleh petugas gerobak motor ataupun tukang gerobak ke TPS,” kata Adji.

Adji mengungkapkan, selama ini sampah di TPS di dumping secara terbuka, ke depan sampah-sampah di TPS akan diwadahi di garbage bin, sehingga tertutup untuk menghindari bau yang menyebar, berkembangbiaknya lalat, dan binatang vektor penyakit lainnya.

“Tahun ini, Ibukota juga menjadi tuan rumah Asian Games, sesuai pesan Pak Gubernur dan Pak Wagub, kita harus menjadi tuan rumah yang baik dan kita harus menorehkan catatan sejarah, salah satunya yang menjadi fokus kami di DLH ada memodernisasi dan meningkatan layanan pengelolaan sampah,” kata Adji.

Beli Melalui e-Katalog LKPP

Pengadaan Garbage Bin 660 liter dilakukan sesuai analisis kebutuhan dan dibeli lewat sistem e-purchasing melalui e-katalog Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP).

Menurut Adji, mekanisme e-katalog memberikan keuntungan bagi pemerintah untuk memilih barang di e-katalog sesuai dengan kebutuhan.

Pemerintah tidak lagi dibatasi untuk membeli produk yang termurah.

Pasalnya, LKPP telah melakukan serangkaian proses, baik negosiasi maupun lelang, untuk mendapatkan harga terbaik bagi pemerintah.

“Mekanisme e-purchasing memberikan keleluasaan bagi pemerintah untuk memilih produk yang benar-benar sesuai kebutuhan dengan harga terbaik. Silakan dibandingkan, ternyata memang harga produk sejenis di toko-toko online, rata-rata lebih mahal dari harga kami beli melalui e-kalalog LKPP," kata Adji.

Made in Jerman

Garbage Bin 660 liter merupakan produk yang diimpor dari Jerman.

"Kami tidak mendapati produk lokal di katalog dan di pasaran untuk produk jenis ini, hanya ada produk China dan Jerman. Setelah melakukan pertimbangan secara teknis, kami pilih produk Jerman dengan pertimbangan kualitas,” kata Adji.

Baca: Siap Disebar ke Semua Kecamatan di Jakarta Barat, Ini Dia Penampakan Tempat Sampah Made In Jerman 

Baca: Sandiaga: Anggaran Tong Sampah Asal Jerman Rp 9,6 Miliar, Upaya Modernisasi Pengelolaan Sampah

Baca: Dinas Lingkungan Hidup Perlihatkan Manfaat Tempat Sampah Jerman yang Viral Lewat Video di Instagram

Baca: Pemprov DKI Ungkap Alasan Pembelian Tempat Sampah Buatan Jerman Rp 9,6 Miliar

Penyedianya pun selaku importir, yaitu PT Groen Indonesia memang memiliki spesialisasi di bidang Waste Management dan perangkat pendukungnya. Sebelumnya kami cek kembali legalitas dan workshopnya, memang tersebar di berbagai kota di Indonesia.

“Ini demi meyakinkan kami, bahwa penyedianya pun bukan perusahaan abal-abal, sehingga after sales service-nya dapat terjamin,” kata Adji.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved