Kisah Tukang Sampah Jujur yang Bersalaman dengan Jokowi, Kembalikan Uang Rp 20 Juta ke Pemiliknya
Saat ini ia tinggal sebatang kara di dalam sebuah kamar kos kecil, berukuran 3x4 meter persegi.
Karena faktor ekonomi, ia bersama istrinya kemudian memutuskan untuk mencari peruntungan dengan meninggalkan kampung halaman dan pindah ke kota besar.
Perpindahan ia dan keluarganya dari kampung ke kota, tentu saja melalui izin dari kedua orangtuanya.
"Saya nekat. Saya tidak tau mau ke kota mana, pokoknya kerja apa saja yang penting bisa mencari nafkah buat keluarga," ungkapnya.
Hingga kemudian, tanpa direncanakan, jalan takdir membawa Jubaidi dan istrinya tiba di kota Yogyakarta.
"Awalnya saya tinggal di dekat Puskesmas Muja-muju selama 16 tahun. Kemudian pindah kos di Jalan Gambiran ini. Di sini baru empat tahun," jelasnya.
Jubaidi merupakan sosok yang sangat sederhana.
Ia tinggal sendiri di sebuah kamar kecil berukuran 3x4 meter persegi.
Kamar itu merupakan kamar kos yang ia sewa seharga Rp 350.000 setiap bulannya.
Di dalam kamar itu, tidak ada perabotan mewah.
Hanya ada televisi, almari kecil dan kasur yang telah usang.
Kamar itu berada di ujung gang.
Terlihat sangat sempit karena bagian depan dipagar oleh bangunan sebelahnya.
Di depan kamar, terdapat pula gerobak sampah berwarna kuning yang digunakan Jubaidi untuk bekerja memungut sampah setiap hari.
Meski serba pas-pasan, Jubaidi nyatanya tidak silau akan dunia.
Beberapa kali ia menanggung ujian dengan menemukan uang jutaan rupiah di pinggir jalan.