Kisah Tukang Sampah Jujur yang Bersalaman dengan Jokowi, Kembalikan Uang Rp 20 Juta ke Pemiliknya
Saat ini ia tinggal sebatang kara di dalam sebuah kamar kos kecil, berukuran 3x4 meter persegi.
Ia sendiri mengaku pengen mengunjungi kediaman anak-anaknya namun alamat pastinya tidak pernah diketahui.
"Lamongan dan Balongpanggang kan luas. Saya tidak tahu anak saya tinggal dimana,"ungkapnya.
Ia berharap lewat pemberitaan dari berbagai media massa, anaknya saat ini bisa mengetahui alamat persis kamar kos miliknya di Yogyakarta.
"Anak saya mungkin mau mencari saya di Yogyakarta takut. Nggak tau alamat kos saya. Dulu, waktu masih bisa komunikasi lewat telepon saya bilang: 'nduk, kalau kamu ke kebun binatang (gembira loka) nanti kamu ketemu bapak," tutur Jubaidi.
Namun, hingga kini kedua anaknya tak pernah berkunjung.
Ia sendiri mengaku kebingungan jika harus mencari alamat lengkap kedua putrinya.
Jubaidi hanya bisa tertunduk, mengenang kedua putrinya raut wajahnya tampak sedih.
Ada gemuruh dalam sanubarinya yang tertahan untuk dikeluarkan.
Setelah cukup lama, ia kemudian berkata yang ia tujukan kepada kedua anak-anaknya, dimana pun berada.
"Nak, semenjak tidak ada ibumu Bapak bekerja menjadi tukang sampah. Bapak ingin mengirimi kamu uang untuk jajan, tapi tidak ada alamatnya," ucapnya.
"Bukan hanya sekarang bapak pengen ngirim kamu uang, Nak. Setiap bapak bayaran, bapak pengen ketemu. Tapi tidak tau alamatnya," lanjut Jubaidi.
Pindah ke Yogyakarta
Jubaidi bercerita, awal mulanya ia merupakan seorang buruh tani di Mojokerto.
Ia hidup dengan mengandalkan kuli dari para tetangga yang butuh tenaganya untuk mengolah tanah maupun panen padi.
"Saya di Mojokerto itu Petani, tapi tidak punya tanah. Yang punya tanah bapak saya. (untuk hidup) Apa saja saya lakukan. Dari mencangkul, panen padi saya lakukan,"