Jasad Korban KM Sinar Bangun Tak Mengambang, Pakar Danau LIPI Ungkap Penyebabnya
"Suhu di bawah sangat dingin. Yang jelas jenazah tidak membusuk,"ujarnya saat memberikan hasil pencarian hari ke-12 di Dermaga Tigaras.
"Kami perkirakan di tempat jatuhnya KM Sinar Bangun sekitar 20 derajat dari hasil simulasi model. Kalau sudah di dasar dan berhari-hari, tidak ada oksigen. Jadi sepertinya itu membeku karena proses alami," kata Agita seperti dilansir kriminologi.id, Jumat (29/6/2018).
Ia mengatakan, suhu 20 derajat Celcius di kedalaman di bawah 400 meter itu merupakan suhu normal untuk Danau Toba. Sedangkan suhu di permukaan Danau Toba bila panas mencapai sekitar 26-27 derajat celcius.
• Gelar Lomba Nyanyi Lagu #2019GantiPresiden, Ahmad Dhani Sediakan Hadiah Rp 112 Juta
Namun, ia mengakui, bahwa pihaknya hanya pernah melakukan simulasi pengukuran di siang hari dengan maksimal kedalaman 350 meter derajat celcius di perairan Danau Toba pada Maret 2016 dan Agustus 2017.
"Kalau siang normalnya segitu. Cuaca panas ataupun dingin di permukaan danau tidak akan terlalu mempengaruhi suhu di bagian dalam perairan. Di kedalaman 100 meter itu saja suhu sudah mirip dasar, kalau malam kemungkinan lebih tinggi lagi," kata Agita.
Terkait arus di bawah perairan Danau Toba, kata Agita, jika arus berada di bawah 100 meter, arus sudah dalam kondisi tenang. Namun, lain halnya jika arus air berada di atas 100 meter. Menurutnya, arus akan cukup besar karena dipengaruhi oleh penetrasi dari matahari.
Sedangkan kontur dasar perairan Danau Toba sehingga menyulitkan tim evakuasi menyelamatkan korban KM Sinar Bangun, Agita menjelaskan bahwa kontur dasar Danau Toba tempat jatuhnya KM Sinar Bangun tergolong stabil, meski kontur dasar di sekitarnya sangatlah curam.
"Bisa kita lihat dari sekeliling danau, danau ini dikelilingi oleh dataran curam, jadi ya kurang lebih dasar Danau Toba sama. Tapi, kapal itu jatuh sudah sampai ke bagian yang relatif datar. Kapal sudah stabil berada di situ, dia enggak akan pindah-pindah lagi, maksudnya kondisinya tenang," kata Agita menjelaskan.
Agita menjelaskan, KM Sinar Bangun sempat terbawa ombak sampai di kedalaman 60 meter. Meski arus hanya bergerak dengan kecepatan 2 cm perdetik, namun dengan massa air berjumlah hingga megaton, akan berdampak pada bergeraknya obyek yang terbawa arus.
"Dia (KM Sinar Bangun) jatuhnya pun enggak terlalu dekat dengan posisi saat dia terbalik pertama kali, kayaknya lebih dari 1 km dari posisi perahu terbalik," kata Agita.
Hal ini terjadi, kata Agita, karena adanya perbedaan gelombang baik di permukaan dan di kedalaman. Menurutnya, gelombang air di permukaan dengan gelombang air di kedalaman mulai 2 hingga 3 meter sudah berbeda.
"Ketika angin tinggi, gelombang tinggi dan bagian atas kapal tertiup angin, sedangkan di bagian bawah kapal terbawa oleh gelombang, sehingga kapal akan sangat mudah terbalik kemudian airnya masuk ke relung kapal, dan akhirnya kapal di bawah pengaruh arus," kata Agita.
KM Sinar Bangun tenggelam dalam pelayaran rute Pelabuhan Simanindo Kabupaten Samosir menuju Pelabuhan Tigaras satu mil jelang tiba di tujuan pada Senin (18/6/2018) sore.
Hingga kini, tim SAR gabungan masih berupaya untuk mengevakuasi bangkai kapal KM Sinar Bangun dan para korbannya yang mencapai ratusan orang.
Sedangkan korban mengalami pembekuan sehingga tidak mengambang dan berada di sekitar kapal.
(tmy/tribun-medan.com/kriminologi/id)
Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul Pakar Danau LIPI Ungkap Penyebab Jasad Korban KM Sinar Bangun tak Mengambang