Hammersonic 2018: Festival Lintas Genre yang Jadi Bukti Eksistensi Musik Keras di Tanah Air
"Senang sekali bisa bermain di sini, sayangnya ini adalah yang terakhir (The End)," ujar Anders.
Penulis: Gerald Leonardo Agustino | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Toby Morse cs seakan tak peduli siapapun yang menonton.
Penggemar metal, punk, hardcore, dan siapapun yang hadir di Hammersonic diajaknya berlarian dan bergerak liar kesana kemari membentuk circle pit di depan Empire Stage.
"Kalian tahu, ini adalah simbol universalitas, ini adalah tanda untuk kita membuat circle pit," ujar Toby memberi sinyal kepada penonton untuk berputar dalam lautan mosh pit saat lagu-lagu selanjutnya seperti 'Still Here' dan 'Mitts' dimainkan.
Sebelum menutup setlist mereka Minggu malam dengan lagu 'Guilty by Association' dari album F.T.T.W. (1999), H2O mengajak penonton untuk selalu taat pada hasrat mereka dalam menjalankan sesuatu tanpa ada embel-embel mengikuti sesuatu yang orang lain lakukan.
Ajakan tersebut dikumandangkan Toby Morse lewat tembang 'What Happened' yang menggelegar dinyanyikan penonton malam itu.
"What happened to the passion? What the reason for screaming? What happened the music and the message that I love? What happened to the hard work? And why does everybody look the same? What happened the music and the message that I love?" lantun Toby disahuti penonton dengan teriakan 'passion before fashion'.
Tuntasnya setlist H2O disambut langsung dengan band lainnya seperti Hammersonic United, Vital Remains, Escape the Fate, Emerging from the Cocoon, hingga Forgotten.
Selepas Forgotten, legenda punkrock asal Amerika Serikat, Dead Kennedys (DK) langsung muncul di Empire Stage sekira pukul 21.30 WIB.
Ron Greer yang menjadi vokalis DK sejak 2008 membuktikan bahwa dirinya pantas memegang mikrofon dan melantunkan tembang-tembang klasik DK semacam 'Police Truck', 'Kill the Poor', dan 'Too Drunk to F*ck' secara penuh hikmat dan penuh aksi, juga celotehan lucu nan interaktif kepada penontonnya.

Dengan penuh peluh, pria paruh baya itu bergerak ke setiap sisi depan Empire Stage tanpa kendor sedikit pun.
Tak sedikit penonton yang terpukau dan membayar aksi panggung Ron dkk dengan berpogo ria serta bernyanyi bersama di lagu-lagu terbaik Dead Kennedys.
"Dokterku sempat melarangku untuk main di sini. Tapi kubilang padanya, manggung di Indonesia lebih penting daripada kesehatanku. Aku tahu kalian semua senang kita hadir di sini, tapi sebetulnya, diriku ini sudah terlalu tua untuk memainkan punk rock," kelakar Ron disambut riuh tawa dan sorakan penonton.
Di tengah-tengah setlist, Ron Greer sempat memperkenalkan satu persatu seniornya di DK.
Klaus Flouride sang bassist, D. H. Peligro sang drummer, dan East Bay Ray sang gitaris sempat unjuk kebolehan sekian detik saat Ron memanggil nama mereka satu persatu.
DK memang cerdas membakar semangat penonton dua malam lalu. Terbukti dari upaya D. H. Peligro memancing penonton untuk melawan rasisme lewat lagu 'Nazi Punks F*ck Off!'.