Hammersonic 2018: Festival Lintas Genre yang Jadi Bukti Eksistensi Musik Keras di Tanah Air
"Senang sekali bisa bermain di sini, sayangnya ini adalah yang terakhir (The End)," ujar Anders.
Penulis: Gerald Leonardo Agustino | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
"Jakarta, apa kabar kalian semua? Nasihat singkatku 'tuk kalian, rasisme benar-benar menyebalkan. Homofobia, sikap anti Islam, dan segala omong kosong lainnya harus dihapuskan. Siapakah kita ini? Kita adalah orang-orang merdeka dari Indonesia! Nazi Punks F*ck Off!" tutur D. H. Peligro diikuti gebrakan personel lainnya membawakan tembang itu.
Semangat penonton yang terbakar makin menjadi-jadi saat 'Holiday in Cambodia' menjadi lagu pamungkas Dead Kennedys malam itu.
Semuanya bergerak serta bersenggolan secara liar dan penuh semangat saat lagu itu dibawakan menutup deretan penampil 'non-metal' di Hammersonic malam itu.
Lalu, Koil, Hellcrust, IHSAHN, dan Deadsquad tampil untuk menjadi pengantar malam itu ke penampil penutup, In Flames.
In Flames, jagoan death metal asal Swedia, naik panggung sekira pukul 00.40 WIB Senin dini hari.
Hammersonic belum sepi Senin dini hari kemarin, saat tata cahaya di Empire Stage memancarkan sinaran lampu-lampu tembak bernuansa biru.
Dengan tata suara yang terdengar paling jernih selama Hammersonic berlangsung, In Flames yang dipimpin sang vokalis Anders Friden memulai setlist dengan lagu 'My Sweet Shadow' dari album Soundtrack to Your Escape (2004).
Lagu-lagu terbaik In Flames lainnya seperti 'Cloud Connected', 'The Chosen Pessimist', serta 'Take This Life' juga turut meramaikan setlist mereka.
Di tengah-tengah penampilan, Anders menyempatkan menyapa penonton.
Dari ujarannya, Anders seakan tidak puas bila penonton tak bergerak bersamanya.
"Kami sangat ingin kembali lagi ke sini, tapi kalian semua sepi sekali. Keluarkan suara kalian!," ujar Anders disambut teriakan penonton sebelum melanjutkan ke lagu-lagu lainnya.
Dengan durasi sekira 80 menit, In Flames memungkasi pagelaran Hammersonic dengan lagu yang terasa sangat pas berjudul 'The End'.
"Senang sekali bisa bermain di sini, sayangnya ini adalah yang terakhir (The End)," ujar Anders.
Tepat pukul 2.02 WIB Senin dini hari, In Flames mengakhiri Hammersonic Festival tahun ini.
Tak ada suara lain yang terdengar setelah In Flames turun panggung selain suara langkah kaki dan obrolan santai bernada kepuasan ribuan pengunjung Hammersonic saat mereka meninggalkan lokasi acara.
Beberapa waktu sebelum Hammersonic dimulai, sempat terdengar isu bahwa tahun ini akan menjadi tahun terakhir diadakannya Hammersonic.
Benar atau tidaknya isu tersebut, Hammersonic Festival 2018 setidaknya sudah membuktikan bahwa pecinta musik keras yang berdomisili di Indonesia masih eksis.
Jika ke depannya Hammersonic harus usai, biarkanlah.
Setidaknya festival musik keras paling akbar seantero Asia Tenggara itu pernah menyegarkan jiwa-jiwa pecinta musik keras di Indonesia yang haus akan konser musik besar pembawa artis metal, punk, rock, hardcore, dan sub genre lainnya dari mancanegara ke tanah air ini.
Jika ke depannya Hammersonic harus usai, biarkanlah. Setidaknya momen-momen terbaik yang pernah terkenang dari festival itu akan terus melekat di ingatan para pengunjungnya.
Jika ke depannya Hammersonic harus usai, biarkanlah. Setidaknya Hammersonic sudah membuktikan bahwa skena musik keras di Indonesia masih hidup.